Makalah Learning Curve
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jika anda mengerjakan sesuatu,
tentunya waktu yang dibutuhkan pada saat pertama kali bekerja akan lebih lama
daripada pekerjaan yang dilakukan kedua kalinya, atau bahkan ketiga, keempat
dan seterusnya.
Konsep tersebut menganggap bahwa praktek
pengerjaan suatu barang mengarahkan keperbaikan. Bila seorang karyawan diminta
untuk mengerjakan sesuatu yang dia belum pernah mengerjakan sebelum itu, ada
kemungkinan bahwa keluaran kedua akan memerlukan waktu lebih sedikit dibanding
keluaran pertama, waktu yang diperlukan untuk keluaran ketiga lebih sedikit
daripada keluaran kedua, dan begitu seterusnya. Proses pengurangan jam kerja
karyawan dan implikasinya selalu terjadi dalam berbagai organisasi.
Dalam pelaksanaan proses produksi diperlukan
adanya penentuan urutan proses dan skedul pelaksanaan proses (waktu kerja) dari
perusahaan yang bersangkutan. Urutan kerja dalam proses produksi dan skedul
proses produksi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Urutan kerja yang
harus dilaksanakan dalam penyelesaian proses produksi ini harus disusun dengan
sebaik-baikya, sehingga tidak terjadi penumpukan kerja pada salah satu bagian
dalam perusahaan tersebut.
Oleh karena itu maka sebelum penentuan urutan
kerja dan waktu kerja ini dilaksanakan, sebaiknya pelaksanaan penyelesaian
proses dalam perusahaan yang bersangkutan ini dipelajari dan dianalisis
terlebih dahulu sehingga penentuan urutan kerja dan skedul proses (penentuan
waktu kerja) akan dapat dilaksanakan dengan baik. Penyusunan urutan dan skedul
proses oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan ini tentunya akan mempunyai
beberapa perbedaan tertentu untuk masing-masing bentuk penyelesaian proses ini.
Penyelesaian proses per-unit akan berbeda dengan penyusunan proses produksi
dalam suatu kelompok unit tertentu.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di
atas, maka rumusan masalah yang hendak dibahas oleh penulis adalah sebagai
berikut,
1.
Bagaimana konsep
dari learning curve dalam kegiatan operasional perusahaan?
2.
Bagaimana Implementasi
dari learning curve dalam kegiatan operasional perusahaan?
3.
Apa Keterbatasan
dalam Penggunaan Learning Curve?
4.
Bagaimana urutan
dan skedul proses produksi dalam kegiatan operasional perusahaan?
1.3 Tujuan
Pembahasan
Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan
pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut,
1.
Untuk mengetahui
konsep dari learning curve dalam kegiatan operasional perusahaan.
2.
Untuk mengetahui
Implementasi dari learning curve dalam kegiatan operasional perusahaan
3.
Untuk mengetahui
Keterbatasan dalam Penggunaan Learning Curve
4.
Untuk mengetahui
urutan dan skedul proses produksi dalam kegiatan operasional perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Learning Curve dalam kegiatan operasional
perusahaan
Menurut Ahyari (1986: 121-123), manajemen perusahaan-perusahaan pada
umunya sudah selayaknya apabila berusaha untuk dapat mengetahui dengan pasti
seberapa banyaknya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
tertentu oleh karyawan atau sekelompok karyawan ini akan mempunyai hubungan yang
erat dengan masalah penentuan skedul produksi dalam perusahaan yang
bersangkutan tersebut. Waktu yang diperlukan oleh para karyawan yang bekerja
dalam suatu perusahaan tersebut pada umumnya akan lebih pendek apabila para
karyawan yang bekerja di dalam suatu perusahaan tersebut akan dapat
menyelesaikan produk yang sama atau pengulangan penyelesaian produk lebih cepat
daripada waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan produk tersebut yang
pertama kalinya. Seorang karyawan yang melaksanakan pekerjaan yang sama secara
berulang-ulang, maka waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan satu unit
pekerjaan tersebut akan semakin pendek bertambah banyakanya jumlah unit
pekerjaan yang sama tersebut dikerjakan oleh karyawan yang bersangkutan.
Pada
mulanya konsep learning curve ini berasal dari perusahaan pesawat terbang.
Namun kemudian konsep ini dapat dikembangkan dalam berbagai macam jenis
industri lain, yang tentunya dengan penerapan disesuaikan dengan setiap jenis
industri yang mempergunakannya. Dalam hal ini belum tentu terapan yang sesuai
dengan salah satu jenis industry tersebut akan sesuai pula dengan industri yang
lainnya.
Teori dasar yang dipergunakan dalam
permasalahan ini adalah, bahwa sebenarnya apabila terdapat seseorang karyawan
yang berulang-ulang mengerjakan pekerjaan yang sama, maka karyawan tersebut
akan menjadi semakin lancar di dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut. Dengan
semakin lancarnya pelaksanaan pekerjaan oleh karyawan yang bersangkutan ini
maka berarti waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut akan
menjadi semakin pendek. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan proses produksi suatu produk akan menjadi
semakin pendek apabila karyawan tersebut sudah melaksanakan proses produksi
untuk produk tersebut berulang kali. Dengan demikian apabila ditinjau dari segi
produk perusahaan, maka kebutuhan jam kerja karyawan untuk memproduksikan
produk tersebut akan menjadi semakin pendek, sehingga biaya tenaga kerja untuk
memproduksi produk tersebut menjadi menurun. Hal ini berarti bahwa efisiensi
tenaga kerja dalam perusahaan tersebut akan dapat ditingkatkan.
Berdasarkan
kepada adanya kenyataan tentang perpendekan waktu penyelesaian kerja tersebut,
maka manajemen perusahaan yang bersangkutan akan dapat mengadakan penyusunan
skedul proses produksi dengan lebih baik. Hal ini disebabkan oleh karena
manajemen perusahaan akan dapat memperkirakan waktu penyelesaian produk yang
lebih cermat, sehingga tidak terdapat pembuangan waktu kerja sia-sia dalam
perusahaan tersebut. Dengan adanya konsep ini maka manajemen perusahaan
tersebut dapat menyusun perkiraan waktu untuk penyelesaian produk perusahaan
yang lebih baik dengan jalan melihat kepada jumlah produk yang diproduksi dalam
perusahaan yang bersangkutan tersebut.
Penurunan
waktu penyelesaian produk ini hanya berlaku bagi penyelesaian produk yang
prosesnya merupakan proses ulangan bagi karyawan yang bersangkutan. Penurunan
waktu penyelesaian atau yang sering disebut sebagai peningkatan efisiensi kerja
para karyawan perusahaan tersebut tidak berlaku bagi para karyawan yang
memproses produk perusahaan untuk pertama kalinya, atau melaksanakan proses
produksi untuk produk baru. Untuk hal semacam ini maka manajemen perusahaan
yang berangkutan harus memperhitungkan kembali dari titik awal, baru kemudian
untuk produk yang kedua dan seterusnya akan dapat diharapkan terdapat penurunan
waktu penyelesaian produk oleh para karyawan perusahaan yang bersangkutan
tersebut.
Beberapa anggapan dasar yang dipergunakan di dalam
penerapan theory learning curve ini antara lain adalah,
a.
Jumlah waktu yang
dipergunakan oleh para karyawan di dalam menyelesaikan suatu jumlah pekerjaaan
tertentu yang ada di dalam perusahaan tersebut akan selalu berkurang apabila
pekerjaan-pekerjaan tersebut telah dilaksanakan.
b.
Waktu yang
dipergunakan untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan akan mengalami penurunan
dengan tingkat penurunan tertentu.
c.
Penurunan waktu
tersebut akan mengikuti suatu pola yang bersifat khusus dan yang dapat
diperkirakan, misalnya akan mengikuti fungsi eksponensial.
Beberapa
penelitian yang telah dilaksanakan di dalam industry pesawat terbang menunjukan
bahwa dalam penyelesaian proses produksi yang dilaksanakan di dalam perusahaan
akan terdapat penurunan waktu penyelesaian sebesar 20% untuk setiap dua kali
jumlah produk. Dengan demikian waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan unti
produk yang kedua adalah sama dengan 80% dari waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan produk yang sama pertama. Dengan demikian pula untuk penyelesaian
produk yang ketiga akan memerlukan waktu 80% dari waktu penyelesaian produk
yang kedua. Dengan demikian maka manajemen perusahaan yang bersangkutan akan
dapat memperkirakan waktu yang diperlukan untuk melaksanakan proses produksi
untuk penyelesaian produk dalam jumlah berapapun dalam perusahaan tersebut.
2.2 Implementasi learning curve dalam kegiatan
operasional perusahaan
1.
Contoh
Aplikasi Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman pada Seleksi Karyawan
Seorang
pelamar sedang diuji untuk menempati posisi operator pengetikan buku. Manajemen
merasa bahwa posisi siap kerja bila telah mengetik 1.000 lembar. Diharapkan
waktu yang diperlukan untuk mengetik lembar yang ke 1.000 adalah 4 menit. Jika pelamar tersebut saat di
test mengetik untuk lembar pertama, dia memerlukan waktu 10 menit, dan untuk
menyelesaikan pengetikan lembar kedua memerlukan waktu 9 menit. Apakah
sebaiknya pelamar tersebut diterima? Mengapa?
Pembahasan:
Learnig
Rate = (9 menit/ 10 menit) x 100% = 90%
Dengan
menggunakan daftar koefisien pada
Table of LC Unit Improvement
Factor/ Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman
untuk LC 90% pada unit ke-1.000 diperoleh koefisien sebesar 0,3499. Dengan
demikian waktu yang siperlukan oleh pelamar tersebut untuk menyelesaikan
pengetikan lembar ke 1.000 adalah 0,3499
x 10 menit = 3,499 menit
Jadi
pelamar tersebut dapat diterima karena ia diperkirakan dapat menyelesaikan
pengetikan lembar yang ke-1.000 dalam waktu 3,499 menit lebih cepat dari waktu
yang diharapkan oleh perusahaan yaitu 4 menit.
2. Contoh Aplikasi Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva
Pengalaman pada Estimasi Kebutuhan Tenaga Kerja
PT Kapal Indonesia mendapat kontrak
untuk membuat 11 kapal boat, dan telah menyelesaikan 4 buah. Pada saat membuat
empat buah boat tersebut, untuk boat yang pertama, manajer operasi
mempekerjakan 225 orang setiap orang bekerja 40 jam per minggu, kemudian untuk
membuat boat yang kedua, manajer operasi mengurangi tenaga kerjanya sebanyak 45
orang. Berdasarkan hal tersebut, manajer operasi merencanakan akan terus
mengurangi tenaga kerjanya, dan untuk membuat boat yang kesebelas ia akan
mempekerjakan 110 orang. Analisislah apakah rencana tersebut memadai?
Pembahasan:
Diketahui:
Kebutuhan
tk untuk membuat boat pertama 225
Kebutuhan
tk untuk membuat boat kedua 225-45 = 180
LC
= 180/225 = 0,8 = 80%
Ditanya;
Kebutuhan
tk untuk membuat boat ke-11 (Yx)
Jawab:
Mencari
rasio perbaikan per unit pada LC 0,8 untuk produk ke-11 pada tabel. Oleh karena
produk ke-11 tidak ada pada Table of LC
Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/
Kurva Pengalaman maka dilakukan interpolasi untuk angka terdekat yakni produk
ke 10 (0,4765) dan ke-12 (0,4493), diperoleh faktor perbaikan sebesar 0,4629.
Selanjutnya
untuk menentukan jumlah kebutuhan tk untuk boat yang ke-11 adalah:
0,4629
x 225 = 104,15 = 104 orang.
Dengan
demikian manajer telah mengestimasi terlalu rendah 4 orang.
3. Contoh Aplikasi Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva
Pengalaman pada Estimasi Biaya Produk
PT Kapal Indonesia membuat kapal boat
unit yang pertama pada tingkat biaya 500.000 US$ yang terdiri dari 200.000 bahan, dan 300.000 untuk tenaga kerja. PT Kapal Indonesia
mengambil keuntungan sebesar 10% dari total biaya. Bila ada kontrak kerja, PT
Kapal Indonesia menggunakan LC 70%. Tentukan berapa harga penawaran yang
diberikan untuk usulan kontrak membuat tiga kapal boat?
Pembahasan
Diketahui:
Biaya
material = 200.000
Biaya tk = 300.000
LC = 70% = 0,7
Dengan
menggunakan Table of LC Unit Improvement
Factor/ Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman
untuk LC 70% produk ke 1, 2 dan 3 berturut-turut diperoleh koefisien sebesar 1,
0,7 dan 0,5682
Jawab:
Biaya untuk boat
pertama
Material = 200.000
Tk = 300.000
Total = 200.000 + 300.000 = 500.000
Biaya
untuk boat kedua
Material =
200.000
Tk 300.000 x 0,7 = 210.000
Total =
200.000 + 210.000 = 410.000
Biaya untuk boat
ketiga
Material = 200.000
Tk 300.000 x 0,5682 = 170.460
Total = 200.000 + 170. 460 = 370.460
Total biaya untuk membuat tiga boat
= 500.000+410.000+370.460 = 1.280.460
Dengan pertimbangan Mark-up
1.280.460 x .10 = 128.046
maka Harga Jual tiga buah boat
sebesar 1.280.460 + 128.046 = 1.408.506
4. Contoh Aplikasi Learning
Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman untuk Mengestimasi Waktu Penyelesaian
Pekerjaan
a) Untuk
membuat satuan pertama produk H diperlukan waktu 100.000 JTKL dan manajemen
menerapkan LC 80%. Tentukan waktu yang di[perlukan untuk membuat produk yang
ke-8!
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan rumus:
Pembahasan
Bila tidak menggunakan Table of LC Unit Improvement Factor/ Tabel Faktor Perbaikan Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman, maka digunakan rumus:
Jadi untuk membuat produk yang ke-8
diperlukan waktu 51,192 JTKL
b) Misalnya sebuah perusahaan video game telah
memiliki pengalaman learning curve sebesar 90%. Perusahaan membutuhkan waktu
4500 jam untuk memproduksi unit produk yang pertama dan ingin memperkirakan
waktu produksi unit produk yang ke-60, maka:
R = log 90 – log 10 / log 2
= 1,954243 – 1 / 0,30103
Maka Y60 = Yn =
(Y1)nR
= 4500 x 603,169925 jam
5. Contoh Learning Curve pada
Produksi Pesawat Terbang (Sumber: Handoko, 1999:320)
Sebuah
contoh berikut ini akan menggambarkan bagaimana learning curve dapat membantu dalam pembuatan keputusan
manajerial. Perusahaan VAJ mempunyai tawaran kontrak untuk 100 unit produk A.
Produk A merupakan jenis produk baru bagi perusahaan, dan dalam percobaan
pembuatannya, unit produk pertama ternyata memerlukan 75 jam tenaga kerja
langsung. Biaya tenaga kerja langsung
sebesar Rp. 5000,- setiap jam. Manager produksi perusahaan memperkirakan bahwa
akan berlaku learning curve 80%. Biaya-biaya langsung lainnya Rp. 50.000,- per
unit. Langganan menghendaki harga per unit sebesar Rp. 200.000,-. Manager
perusahaan harus membuat keputusan apakah kontrak diterima atau tidak.
Pertama, perlu dihitung jam tenaga kerja langsung rata-rata
per produk:
Log Y = -0,322 log75 + log100
= -0,322 (1,87506) + 2
= 1,39623
Y
= 24,9017 jam tenaga kerja langsung.
Setelah
itu, dapat dilakukan perhitungan biaya langsung per produk sebagai berikut:
Biaya
tenaga kerja langsung = 24, 9017 x Rp. 5000
= Rp. 124.508,50
Biaya-biaya langsung
lainnya
= Rp. 50.000
Biaya
langsung total per
produk
= Rp. 174.508,50
Jadi
perusahaan akan memperolah kontribusi laba sebesar: (Rp. 200.000 – Rp. 174.508,50)
= Rp. 25.491,50 atau, kontribusi laba total sebesar (100 x Rp. 25.491,50) = Rp.
2.549.150. Atas dasar data ini manager sendiri yang dapat membuat keputusan,
dengan memperhatikan factor-faktor lainnya yang relevan.
2.3 Keterbatasan Penggunaan Learning Curve
Di
luar industri-industri pesawat terbang dan elektronik, learning curve jarang
digunakan karena berbagai keterbatasan. Keterbatasan pertama adalah bahwa
produk-produk biasanya tidak seluruhnya baru. Bahkan pesawat terbang baru tidak
sepenuhnya berbeda dengan model-model sebelumnya. Begitu juga untuk industry
baru, seperti televisi pada tahun 1950an, yang tergantung pada tabung-tabung
dan sirkuit elektronik telah sangat dikenal oleh para pembuat radio. Hal ini
menyulitkan kita untuk menetapkan titik awal bagi perhitungan learning curve.
Keterbatasan
lain adalah bahwa kurva-kurva hanya bersangkutan dengan tenaga kerja langsung.
Dalam hal mesin-mesin sangat berpengaruh, suatu kurva 80% mungkin terlalu
rendah, dan manajemen perlu menggunakan kurva 85 atau 90%. Masalahnya adalah
pembuatan keputusan mana kurva yang digunakan, 80, 85, 90 atau lainnya?
Masalah
ketiga adalah bahwa learning curve mungkin membesar-besarkan penghematan tenaga
kerja. Untuk mencapai pengurangan-pengurangan biaya tenaga kerja langsung,
diperlukan teknisi industrial, para penyelia, dan lain-lain yang membuat
perbaikan-perbaikan. Tetapi para spesialis ini adalah tenaga kerja tidak
langsung, dan biaya-biaya mereka biasanya ditambahkan ke biaya overhead, tidak
biaya langsung. Oleh karena itu, banyak perusahaan kemudian mencoba untuk
memperhitungkan hal ini dengan pembebanan waktu para spesialis pada
pekerjaan-pekerjaan tertentu. Cara ini tidak hanya merupakan prosedur akuntansi
biaya yang baik, tetapi kontrak-kontrak pemerintah sering mensyaratkannya untuk
dilakukan.
Satu
lagi masalah dalam penggunaan learning curve adalah bahwa ada kecenderungan
salah interpretasi terhadap penghematan-penghematan yang diperkirakan kecuali
perusahaan merubah caranya dalam menyusun laporan-laporan akuntansi biaya.
Untuk menggunakan kurva secara benar, biaya-biaya persiapan yang terjadi
sebelum kontrak dimulai harus dipisahkan dan dikeluarkan dari perhitungan. Bila
hal ini dibebankan pada kontrak dan kemudian dimasukkan dalam perhitungan biaya
untuk unit pertama yang diproduksi, unit-unti pertama akan mempunyai biaya
besar. Begitu juga, semua jam kerja harus dibebankan pada produk-produk yang
menerima benefit dari kerja tersebut. Bila sebagian jam kerja dalam bulan Maret
digunakan untuk produk-produk yang akan dilaksanakan dalam bulan April atau
Mei, jam-jam kerja ini harus dibebankan pada produk-prodk bulan April atau Mei
dan bukan pada produk-produk bulan Maret.
2.4 Urutan dan Skedul Proses Produksi
Ahyari
(1986: 84-86) mengatakan bahwa, di dalam pelaksanaan proses produksi di dalam
suatu perusahaan, pada umumnya setelah terdapat kepastian tentang apa yang akan
diproduksikan (order produksi), maka manajemen perusahaan yang bersangkutan
(khususnya bagian pengendalian proses) akan menyusun alokasi dari pekerjaan
yang akan dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan tersebut. Kepastian
tentang apa yang akan diproduksikan oleh perusahaan tersebut dapat berasal dari
beberapa macam sumber, misalnya order dari langganan untuk perusahaan yang
berproduksi untuk pesanan, kepastian perencanaan produksi untuk perusahaan yang
berproduksi untuk pasar, dan lain sebagainya.
Penentuan
prioritas pekerjaan yang akan dilaksanakan sangat penting dalam hubungannya
dengan pelaksanaan kerja yang akan dilaksanakan dalam perusahaan. Langkah
berikutnya yang dapat dilaksanakan setelah prioritas pekerjaan tersebut
diperoleh kepastiannya adalah memulai pelaksanaan kerja yang telah ditentukan
tersebut. Pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan tersebut nantinya
benar-benar segera dimulai apabila telah ada perintah untuk memulai pekerjaan
tersebut. Perintah kerja ini akan dikeluarkan oleh orang yang berwenang di
dalam perusahaan yang bersangkutan.
Dalam
hal ini apabila dirasakan pelaksanaan kerja tersebut kurang sesuai dengan
rencana, ataupun kurang sesuai dengan fasilitas yang ada di dalam perusahaan
yang bersangkutan, maka perlu diadakan perbaikan-perbaikan di dalam alokasi
pekerjaan dalam perusahaan yang bersangkutan. Pelaksanaan kerja dalam
perusahaan yang bersangkutan tersebut kadang-kadang agak menyimpang dari
rencana yang telah disusun dalam perusahaan. Dalam keadaan seperti ini maka
manajemen perusahaan yang bersangkutan perlu untuk mengadakan penyesuaian
pelaksanaan order tersebut. Pelaksanaan order yang terlambat perlu diadakan
percepatan seperlunya, sehingga akan dapat mengejar keterlambatan yang ada,
atau setidak-tidaknya dapat mengurangi keterlambatan yang ada tersebut. Sampai
dengan tahap inipun apabila manajemen perusahaan melihat perlunya revisi dari
alokasi pekerjaan yang ada tersebut, maka revisi ini akan dapat dilaksanakan
oleh manajemen perusahaan yang bersangkutan tersebut. Revisi tersebut akan
dilaksanakan dengan tujuan perbaikan pelaksanaan kerja yang ada di dalam
perusahaan tersebut, sehingga untuk pelaksanaan kerja pada waktu-waktu
berikutnya akan dapat dilaksanakan dengan lebih baik.
Secara
schematis penyelesaian pekerjaan yang ada dalam perusahaan tersebut akan dapat
terlihat sebagai berikut:
Dalam
hubungannya dengan penyusunan dan skedul proses produksi untuk suatu
perusahaan, maka pelaksanaan penyelesaian proses produksi yang dilaksanakan
oleh perusahaan-perusahaan pada umumnya, secara garis besar dibagi menjadi
beberapa macam yaitu (Ahyari, 1986: 88),
a. Penyelesaian
produksi per unit
b. Penyelesaian
produksi dalam kelompok unit
c. Penyelesaian
produksi besar-besaran
2.4.1 Penyelesaian Produksi per Unit
Dimaksudkan
dengan perusahaan yang mempunyai tipe pelaksanaan penyelesaian proses produksi
per unit ini adalah perusahaan-perusahaan yang di dalam pelaksanaan proses
produksinya selalu didasarkan kepada setiap unit produk yang diproduksii.
Secara umum, penyelesaian proses produksi per unit ini dipisahkan menjadi dua
kelompok:
a. Penyelesaian
Proyek
Pada umumnya
pekerjaan yang harus diselesaikan di dalam proyek ini merupakan pekerjaan yang
sangat banyak, dimana antara suatu pekerjaan denga pekerjaan lainnya akan
mempunyai keterkaitan dan ketergantungan yang sangat besar. Misalnya, perbaikan
jalan, pembuatan jalan bebas hambatan, pembangunan gedung, pembangunan lapangan
terbang, pembuatan kapal, dsb.
Dalam
hubungannya dengan penyusunan urutan kerja dan waktu kerja untuk penyelesaian
proyek ini, maka koordinasi merupakan suatu hal yang sangat penting
dilaksanakan. Dalam perkembangannya pada umumnya guna penyusunan skedul
penyelesaian proyek berikut cara koordinasinya seringkali dipergunakan methode
jalur kritis atau yang sering disebut sebagai analisis network.
Dengan menggunakan metode tersebut akan kelihatan bagaimana urutan dan waktu
kerja yang harus dilaksanakan untuk penyelesaian proyek secara keseluruhan.
b. Penyelesaian
Produk Pesanan
Proses
produksi yang dilaksanakan adalah jauh lebih sederhana apabila dibandingkan
dengan cara penyelesaian proyek, maka cara penyusunan perencanaan urutan kerja
dan waktu kerja tidak akan sekompleks di dalam penyusunan urutan kerja dan
waktu kerja untuk penyelesaian proyek. Namun demikian secara umum penyelesaian
produk pesanan ini akan mempunyai jalur penyelesaian yang hampir sama antara
satu pesanan dengan pesanan yang lainnya.
Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan urutan kerja dan waktu kerja untuk
penyelesaian produk pesanan antara lain sebagai berikut:
1. Pola datangnya pesanan
Pesanan yang
datang kepada perusahaan ini akan dapat berupa pesanan dalam suatu jumlah
tertentu ataupunu di dalam bentuk pesanan individual dalam suatu distribusi
tertentu. Apabila pesanan ini datang dalam jumlah tertentu, maka pola datangnya
pesanan ini seringkali disebut pola statis, sedang apabila datangnya pesanan
tersebut menurut distribusi tertentu disebut pola dinamis.
Pola
kedatangan bersifat statis bukannya berarti bahwa beberapa pesanan tersebut
akan datang di dalam saat yang sama, namun dapat saja terjadi bahwa pesanan
tersebut akan datang di dalam waktu yang berbeda, namun memesan produk dengan
spesifikasi produk yang sama.
Dalam pola
kedatangan pesanan yang dinamis, maka kegiatan penyusunan urutan kerja dan
waktu kerja akan dilaksanakan untuk setiap pesanan yang masuk, setiap pesanan
yang masuk ke dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut akan mempunyai
perbedaan dalam hal spesifik produk antara satu pesanan yang lain, walaupun
perbedaan yang ada untuk masing-masing pesanan yang masuk tersebut
kadang-kadang sangat kecil.
2. Jumlah dan jenis mesin yang ada
Jumlah dan
jenis mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan dalam perusahaan ini akan
sangat berhubungan erat dengan kemampuan dari perusahaan tersebut untuk
melaksanakan penyelesaian suatu pesanan yang masuk ke dalam perusahaan
tersebut. Apabila perusahaan yang bersangkutan menggunakan beberapa mesin yang
berbeda untuk melaksanakan proses produksi di dalam perusahaan yang
bersangkutan, maka manajemen perusahaaan perlu untuk mengadakan penyusunan
urutan kerja dan waktu kerja dengan teliti, karena belum tentu pekerjaan yang
akan dilaksanakan itu menggunakan semua jenis mesin yang ada dalam perusahaan.
Semakin
banyak jumlah mesin yang tersedia dan siap dipakai dalam perusahaa, maka
berarti bahwa kapasitas yang tersedia dari mesin yang bersangkutan menjadi
semakin besar. Hal ini akan sangat membantu dalam penyusunan urutan kerja dan
waktu kerja dalam penyelesaian produk pesanan yang ada tersebut.
3.
Jumlah karyawan yang ada dalam perusahaan
Jumlah mesin
dan peralatan produksi yang cukup tidak akan berarti apabila tidak terdapat
karyawan yang mampu untuk melaksanakan proses produksi dalam perusahaan
tersebut denga baik dalam jumlah yang memadai. Oleh karenanya maka perimbangan
jumlah karyawan dan jumlah mesin yang tersedia di dalam perusahaan yang bersangkutan
sangat perlu untuk memperoleh perhatian yang cukup oleh manajemen perusahaan
tersebut.
4. Pola arus penyelesaian proses dalam perusahaan
Dalam
perusahaan-perusahaan yang mengadaka proses produksi untuk produk pesanan ini
akan terdapat beberapa pola arus yang akan dapat dipergunakan dalam perusahaan
yang bersangkutan. Adapun beberapa pola arus tersebut antara lain: pola arus
sederhana, pola arus random, dan pola arus hybrid.
5. Prioritas alokasi pekerjaan kepada mesin
Yang
dimaksut adalah penyusunan prioritas pekerjaan yang akan dikerjakan dengan
mesin dan peralatan produksi yang ada di dalam perusahaan tersebut. Beberapa
hal yang dipertimbangkan berhubungan dengan penyusunan prioritas alokasi
pekerjaan yang akan dilaksanakan pada suatu perusahaan antara lain yang
didahulukan adalah:
1.
Pekerjaan
yang mempunyai kontrak penyelesaian (kesanggupan penyeleseian) paling cepat.
2.
Pekerjaan
yang mempunyai waktu longgar di dalam penyelesaian pekerjaan tersebut paling
kecil.
3.
Pekerjaan
yang mempunyai waktu penggunaan mesin yang terpendek atau jatah penggunaan
mesin tersebut paling awal.
4.
Pekerjaan
yang mempunyai waktu longgar dari satu proses ke proses yang lain paling
pendek.
2.4.2 Penyelesaian Produksi dalam Kelompok Unit
Penyelesaian
produksi dalam kelompok unit atau yang sering disebut sebagai batch ini
adalah merupakan penyelesaian proses produksi dengan spesifikasi tertentu di
dalam jumlah tertentu pula. Penyelesaian proses produksi yang dilaksanakan oleh
perusahaan semacam ini akan dapat dipergunakan untuk pemenuhan pesanan (bekerja
untuk pesanan) maupun untuk keperluan persediaan atau untuk memenuhi permintaan
pasar. Secara umum proses penyelesaian produksi dalam kelompok unit tertentu
tersebut dapat dipisahkan menjadi tiga macam:
a. Kelompok
produk yang diproduksikan dalam perusahaan tersebut hanya diproduksikan sekali
saja.
b. Kelompok
produk yang diproduksi tersebut akan diproduksikan kembali, namun kapan akan
diproduksikan lagi tidak mempunyai pola yang teratur.
c. Kelompok
produk tersebut akan diproduksi lagi di dalam perusahaan yang bersangkutan
dengan tenggang waktu yang teratur atau dapat diketahui sebelumnya.
Untuk
kelompok yang pertama, penyusunan urutan kerja dan waktu kerja akan selalu
dilaksanakan untuk setiap kelompok produk yang akan diproduksikan dalam
perusahaan yang bersangkutan. Dalam penyelesaian kelompok unit ini produk yang
diproduksikan akan selalu berada di dalam jumlah tertentu, sedangkan dalam
penyelesaian produk pesanan adalah dalam satuan produk tertentu. Demikian pula dalam
proses pembungkusan, pengepakan dan pengiriman barang akan selalu terkait
dengan jumlah unit tertentu yang telah selesai diproduksikan oleh perusahaan
yang bersangkutan tersebut.
Untuk dua
jenis lain dari penyelesaian produksi dalam kelompok produk ini akan lebih
sederhana baik cara penentuan urutan proses produksi maupun waktu penyelesaian
proses produksi untuk masing-masing kelompok produk. Suatu hal yang sangat
perlu untuk diperhatikan dalam penyelesaian produksi dalam kelompok unit adalah
disamping produk yang sedang diproses dalam perusahaan tersebut harus dapat
selesai sebagaimana spesifikasi produk yang ada, maka jumlah dari kelompok
produk tersebut juga harus sesuai sebagaimana yang telah direncanakan
sebelumnya, karena belum tentu setiap kelompok produk tersebut akan mempunyai
jumlah unit yang sama.
2.4.3 Penyelesaian Produksi Besar-besaran
Penyelesaian
produksi besar-besaran pada umumnya akan dilaksanakan oleh
perusahaan-perusahaan yang memproduksikan produk perusahaan untuk pasar. Karena
pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan ini lebih banyak dipengaruhi oleh
mesin dan peralatan produksi yang ada, maka penentuan urutan kerja dan
penentuan waktu kerja untuk para karyawan yang bekerja pada perusahaan tersebut
akan sangat tergantung kepada bagaimana mesin dan peralatan produksi tersebut
bekerja, serta kapan (dalam tahap apa) mesin dan peralatan produksi yang sedang
dipergunakan tersebut dapat diberhentikan.
Produk
perusahaan secara individual tidak akan berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilaksanakan
oleh para karyawan tersebut karena produk dalam proses akan selalu terikat pada
mesin dan peralatan produksi, sementara produk berikutnya yang masuk proses
adalah sama persis dengan produk sebelumnya sehingga akan diproses dengan alat,
metode dan perlakuan yang sama dalam perusahaan tersebut. Untuk
perusahaan-perusahaan yang melaksanakan penyelesaian produksi besar-besaran
ini, penentuan urutan dan waktu kerja yang diperlukan (untuk rata-rata produk
perusahaan) pada umumnya akan dilaksanakan jauh hari sebelum pelaksanaan proses
produksi di dalam perusahaan tersebut. Teknologi yang digunakan, mesin dan
peralatan produksi yang tersedia akan mempengaruhi urutan dan waktu kerja untuk
melaksanakan penyelesaian proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan.
Tabel Faktor Unit Perbaikan Learning Curve
Unit
|
60%
|
65%
|
70%
|
75%
|
80%
|
85%
|
90%
|
95%
|
1
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
10.000
|
2
|
.6000
|
.6500
|
.7000
|
.7500
|
.8000
|
.8500
|
.9000
|
.9500
|
3
|
.4450
|
.5052
|
.5682
|
.6338
|
.7021
|
.7729
|
.8462
|
.9219
|
4
|
.3600
|
.4225
|
.4900
|
.5625
|
.6400
|
.7225
|
.8100
|
.9025
|
5
|
.3054
|
.3678
|
.4368
|
.5127
|
.5956
|
.6857
|
.7830
|
.8877
|
6
|
.2670
|
.3284
|
.3977
|
.4754
|
.5617
|
.6570
|
.7616
|
.8758
|
7
|
.2383
|
.2984
|
.3674
|
.4459
|
.5345
|
.6337
|
.7439
|
.8659
|
8
|
.2160
|
.2746
|
.3430
|
.4219
|
.5120
|
.6141
|
.7290
|
.8574
|
9
|
.1980
|
.2552
|
.3228
|
.4017
|
.4930
|
.5974
|
.7161
|
.8499
|
10
|
.1832
|
.2391
|
.3058
|
.3846
|
.4765
|
.5828
|
.7047
|
.8433
|
12
|
.1602
|
.2135
|
.2784
|
.3565
|
.4493
|
.5584
|
.6854
|
.8320
|
14
|
.1430
|
.1940
|
.2572
|
.3344
|
.4276
|
.5386
|
.6696
|
.8226
|
16
|
.1290
|
.1785
|
.2401
|
.3164
|
.4096
|
.5220
|
.6561
|
.8145
|
18
|
.1188
|
.1659
|
.2260
|
.3013
|
.3944
|
.5078
|
.6445
|
.8074
|
20
|
.1099
|
.1554
|
.2141
|
.2884
|
.3812
|
.4954
|
.6342
|
.8012
|
22
|
.1025
|
.1465
|
.2038
|
.2772
|
.3697
|
.4844
|
.6251
|
.7955
|
24
|
.0961
|
.1387
|
.1949
|
.2674
|
.3595
|
.4747
|
.6169
|
.7904
|
25
|
.0933
|
.1353
|
.1908
|
.2629
|
.3548
|
.4701
|
.6131
|
.7880
|
30
|
.0815
|
.1208
|
.1737
|
.2437
|
.3346
|
.4505
|
.5963
|
.7775
|
35
|
.0728
|
.1097
|
.1605
|
.2286
|
.3184
|
.4345
|
.5825
|
.7687
|
40
|
.0660
|
.1010
|
.1498
|
.2163
|
.3050
|
.4211
|
.5708
|
.7611
|
45
|
.0605
|
.0939
|
.1410
|
.2060
|
.2936
|
.4096
|
.5607
|
.7545
|
50
|
.0560
|
.0879
|
.1336
|
.1972
|
.2838
|
.3996
|
.5518
|
.7486
|
60
|
.0489
|
.0785
|
.1216
|
.1828
|
.2676
|
.3829
|
.5367
|
.7386
|
70
|
.0437
|
.0713
|
.1123
|
.1715
|
.2547
|
.3693
|
.5243
|
.7302
|
80
|
.0396
|
.0657
|
.1049
|
.1622
|
.2440
|
.3579
|
.5137
|
.7231
|
90
|
.0363
|
.0610
|
.0987
|
.1545
|
.2349
|
.3482
|
.5046
|
.7168
|
100
|
.0336
|
.0572
|
.0935
|
.1479
|
.2271
|
.3397
|
.4966
|
.7112
|
120
|
.0294
|
.0510
|
.0851
|
.1371
|
.2141
|
.3255
|
.4830
|
.7017
|
140
|
.0262
|
.0464
|
.0786
|
.1287
|
.2038
|
.3139
|
.4718
|
.6937
|
160
|
.0237
|
.0427
|
.0734
|
.1217
|
.1952
|
.3042
|
.4623
|
.6869
|
180
|
.0218
|
.0397
|
.0691
|
.1159
|
.1879
|
.2959
|
.4541
|
.6809
|
200
|
.0201
|
.0371
|
.0655
|
.1109
|
.1816
|
.2887
|
.4469
|
.6757
|
250
|
.0171
|
.0323
|
.0584
|
.1011
|
.1691
|
.2740
|
.4320
|
.6646
|
300
|
.0149
|
.0289
|
.0531
|
.0937
|
.1594
|
.2625
|
.4202
|
.6557
|
350
|
.0133
|
.0262
|
.0491
|
.0879
|
.1517
|
.2532
|
.4105
|
.6482
|
400
|
.0121
|
.0241
|
.0458
|
.0832
|
.1453
|
.2454
|
.4022
|
.6419
|
450
|
.0111
|
.0224
|
.0431
|
.0792
|
.1399
|
.2387
|
.3951
|
.6363
|
500
|
.0103
|
.0210
|
.0408
|
.0758
|
.1352
|
.2329
|
.3888
|
.6314
|
600
|
.0090
|
.0188
|
.0372
|
.0703
|
.1275
|
.2232
|
.3782
|
.6229
|
700
|
.0080
|
.0171
|
.0344
|
.0659
|
.1214
|
.2152
|
.3694
|
.6158
|
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1.
Teori
dasar yang dipergunakan dalam permasalahan ini adalah, bahwa sebenarnya apabila
terdapat seseorang karyawan yang berulang-ulang mengerjakan pekerjaan yang
sama, maka karyawan tersebut akan menjadi semakin lancar di dalam menyelesaikan
pekerjaan tersebut. Dengan semakin lancarnya pelaksanaan pekerjaan oleh
karyawan yang bersangkutan ini maka berarti waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut akan menjadi semakin pendek. Dengan kata lain
dapat disebutkan bahwa waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses
produksi suatu produk akan menjadi semakin pendek apabila karyawan tersebut
sudah melaksanakan proses produksi untuk produk tersebut berulang kali. Dengan
demikian apabila ditinjau dari segi produk perusahaan, maka kebutuhan jam kerja
karyawan untuk memproduksikan produk tersebut akan menjadi semakin pendek,
sehingga biaya tenaga kerja untuk memproduksi produk tersebut menjadi menurun.
Hal ini berarti bahwa efisiensi tenaga kerja dalam perusahaan tersebut akan
dapat ditingkatkan.
Beberapa
anggapan dasar yang dipergunakan di dalam penerapan teori learning curve ini
antara lain adalah,
a. Jumlah waktu yang
dipergunakan oleh para karyawan di dalam menyelesaikan suatu jumlah pekerjaaan
tertentu yang ada di dalam perusahaan tersebut akan selalu berkurang apabila
pekerjaan-pekerjaan tersebut telah dilaksanakan.
b. Waktu yang dipergunakan
untuk menyelesaikan satu unit pekerjaan akan mengalami penurunan dengan tingkat
penurunan tertentu.
c. Penurunan waktu tersebut
akan mengikuti suatu pola yang bersifat khusus dan yang dapat diperkirakan,
misalnya akan mengikuti fungsi eksponensial.
2.
Dalam
hubungannya dengan penyusunan dan skedul proses produksi untuk suatu
perusahaan, maka pelaksanaan penyelesaian proses produksi yang dilaksanakan
oleh perusahaan-perusahaan pada umumnya, secara garis besar dibagi menjadi
beberapa macam yaitu,
a. Penyelesaian
produksi per unit
b. Penyelesaian
produksi dalam kelompok unit
c. Penyelesaian
produksi besar-besaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahyari,
A. 1986. Manajemen Produksi: Pengendalian Produksi. Jilid I.
Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE
Handoko,
T.H. 1999. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi
I. Yogyakarta: BPFE.
Universitas
Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis,
Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian.Edisi Kelima.
Malang: Universitas Negeri Malang.
Komentar
Posting Komentar