Makalah Motivasi Kerja
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Perusahaan
menginginkan pencapaian tujuan tanpa mengalami banyak kendala dan kalaupun ada
maka kendala yang dihadapi dapat diminimalisasi. Diantara tujuan tersebut
adalah tujuan memperoleh laba, memenangkan persaingan serta memberikan kepuasan
kepada stakeholder organisasi. Dalam kenyataanya, proses untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan ternyata bukanlah suatu hal yang mudah dilaksanakan.
Organisasi merupakan kumpulan dari berbagai faktor sumber daya, baik sumber
daya manusia, moral, teknologi, serta keterampilan. Dari sekian banyak faktor
dalam organisasi, yang memgang peranan penting adalah faktor sumber daya
manusia. Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya sangat tergantung
pada bagaimana perusahaan tersebut mengelola dan mempersiapkan menajemen sumber
daya manusia yang dimilikinya.
Organisasi
tersusun dari banyak individu dengan banyak motif dan tujuannya. Apabila tejadi
kesalahan dalam pengelolaannya maka akan menimbulkan berbagai macam
permasalahan. Diantara permasalahn yang timbul dari aspek sumber daya manuisa
adalah penurunan motivasi kerja. Motivasi kerja karyawan yang sangat rendah
apabila dibiarkan akan berpengaruh tehadap kinerja karyawan tersebut yang pada
akhirnya akan berimbas pada kinerja organisasi secara keseluruhan.
Organisasi baik pemerintah mupun swasta senantiasa
dihadapkan pada berbagai masalah, diantaranya masalah dalam motivasi kerja
karyawan yang mempengaruhi perkembangan organisasi. Oleh karena itu, organisasi
sangat membutuhkan karyawan yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja
karena seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja akan
memperoleh hasil kerja yang optimal, sehingga suatu pekerjaan akan
terselesaikan dengan baik.
1.2
Rumusan
Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah diuraikan diatas,
penulis telah merumuskan masalah yang akan dibahas didalam isi makalah, sebagai
berikut:
1.
Apa pengertian motivasi ?
2.
Apa saja komponen dasar dalam
Motivasi ?
3. Apa saja
teori-teori Motivasi ?
4. Bagaimana
perusahaan meningkatkan motivasi karyawannya ?
1.3
Tujuan
Penulisan
1.
Memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Sumber Daya Manusia dengan Dosen Pengajar Dr. Sri Wahyu Lelly Hana Setyanti,
SE., M.Si
2. Dalam rangka
pemahaman lebih mendalam tentang pembahasan materi Motivasi.
3. Untuk
mengetahui cara meningkatkan motivasi
kerja.
4. Untuk
mengetahui apa saja teori-tori yang dapat membantu dalam meningkatkan motivasi.
1.4
Manfaat
Penulisan
1.
Penulis maupun
pembaca bisa memahami secara detail mengenai pentingnya motivasi.
2.
Penulis maupun pembaca dapat
mengambil hikmah mengenai peran motivasi untuk diaplikasikan ke dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan atau daya
penggerak”. Motivasi ini diberikan kepada manusia, khususnya kepada para
bawahan atau pengikut. Adapun kerja adalah sejumlah aktivitas fisik dan mental
untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan. Terkait dengan hal tersebut, maka yang
dimaksud dengan motivasi adalah mempersoalkan bagaimana caranya mendorong
gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua
kemampuan dan ketrampilannya untuk mewujudkan tujuan organisasi. (Hasibuan,
2003).
Gibson, et. al., 1995, berpendapat bahwa motivasi adalah kekuatan yang
mendorong seseorang karyawan yang menimbulkan dan mengarahkan perilaku.
Motivasi kerja sebagai pendorong timbulnya semangat atau dorongan kerja. Kuat
dan lemahnya motivasi kerja seseorang berpengaruh terhadap besar kecilnya
prestasi yang diraih.
Robbins, (1998) berpendapat bahwa motivasi adalah kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi, yang
dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memenuhi sesuatu kebutuhan individu.
Senada dengan pendapat tersebut, Munandar, (2001), mengemukakan bahwa motivasi
adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk
melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu.
Bila kebutuhan telah terpenuhi maka akan dicapai suatu kepuasan. Sekelompok
kebutuhan yang belum terpuaskan akan menimbulkan ketegangan, sehingga perlu
dilakukan serangkaian kegiatan untuk mencari pencapaian tujuan khusus yang
dapat memuaskan sekelompok kebutuhan tadi, agar ketegangan menjadi berkurang.
Pinder, (1998) berpendapat bahwa motivasi kerja merupakan seperangkat kekuatan
baik yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri seseorang yang
mendorong untuk memulai berperilaku kerja, sesuai dengan format, arah,
intensitas dan jangka waktu tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan, bahwa
motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang
berasal dari dalam dan luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan
semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.
2.1.1 Elemen Kunci Motivasi
Berkaitan dengan
pengertian motivasi di atas, berikut adalah elemen – elemen kunci dalam
motivasi :
1)
Intensitas (intensity).
Focus pada seberapa besar atau kerasnya
usaha seseorang untuk mencoba mencapai sesuatu dalam hidupnya.
2)
Arahan (direction).
Usaha yang sudah ada dan sudah dilakukan,
diarahkan ke suatu tujuan, misalnya tujuan organisasi.
3)
Kegigihan (persistence).
Elemen ini, focus kepada seberapa lama
seseorang dapat mempertahankan upaya atau usahanya.
2.1.2 Komponen Dasar Motivasi
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu :
1.
Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila
individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki dan yang diharapkan.
Moslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkatan yakni
a)
Kebutuhan fisiologis
b)
Kebutuhan akan rasa aman
c)
Kebutuhan sosial
d)
Kebutuhan akan
penghargaan diri
e)
Kebutuhan aktualisasi.
2.
Dorongan
Merupakan kekuatan mental
untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan.
3.
Tujuan
Merupakan hal yang ingin
dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku, dalam hal
ini perilaku belajar. Kekuatan mental atau kekuatan motivasi belajar dapat
diperkuat dan dikembangkan. Interaksi kekuatan mental dan pengaruh dari luar
ditentukan oleh responden prakarsa pribadi pelaku.
2.2
Faktor – faktor yang mempengaruhi Motivasi
I. Faktor Internal
F
Persepsi individu
mengenai diri sendiri
Seseorang
termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses
kognitif berupa persepsi. Persepsi seseorang tentang dirinya sendiri akan
mendorong dan mengarahkan perilaku seseorang untuk bertindak
F
Harga diri
dan prestasi
Faktor ini
mendorong atau mengarahkan inidvidu (memotivasi) untuk berusaha agar menjadi
pribadi yang mandiri, kuat, dan memperoleh kebebasan serta mendapatkan status tertentu
dalam lingkungan masyarakat; serta dapat mendorong individu untuk berprestasi
F
Harapan
Adanya
harapan-harapan akan masa depan. Harapan ini merupakan informasi objektif dari
lingkungan yang mempengaruhi sikap dan perasaan subjektif seseorang. Harapan
merupakan tujuan dari perilaku.
F
Kebutuhan
Manusia
dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjadikan dirinya sendiri yang berfungsi
secara penuh, sehingga mampu meraih potensinya secara total. Kebutuhan akan
mendorong dan mengarahkan seseorang untuk mencari atau menghindari, mengarahkan
dan memberi respon terhadap tekanan yang dialaminya.
F
Kepuasan
kerja
Lebih
merupakan suatu dorongan afektif yang muncul dalam diri individu untuk mencapai
goal atau tujuan yang diinginkan dari suatu perilaku.
II. Faktor
Eksternal
F Jenis dan
sifat pekerjaan
Dorongan untuk bekerja pada jenis dan sifat pekerjaan
tertentu sesuai dengan objek pekerjaan yang tersedia akan mengarahkan individu
untuk menentukan sikap atau pilihan pekerjaan yang akan ditekuni. Kondisi ini
juga dapat dipengartuhi oleh sejauh mana nilai imbalan yang dimiliki oleh objek
pekerjaan dimaksud
F Kelompok kerja
dimana individu bergabung
Kelompok kerja atau organisasi tempat dimana individu
bergabung dapat mendorong atau mengarahkan perilaku individu dalam mencapai
suatu tujuan perilaku tertentu; peranan kelompok atau organisasi ini dapat
membantu individu mendapatkan kebutuhan akan nilai-nilai kebenaran, kejujuran,
kebajikan serta dapat memberikan arti bagi individu sehubungan dengan kiprahnya
dalam kehidupan sosial.
F Situasi lingkungan
pada umumnya
Setiap individu terdorong untuk berhubungan dengan
rasa mampunya dalam melakukan interaksi secara efektif dengan lingkungannya
F Sistem
imbalan yang diterima
Imbalan merupakan karakteristik atau kualitas dari
objek pemuas yang dibutuhkan oleh seseorang yang dapat mempengaruhi motivasi
atau dapat mengubah arah tingkah laku dari satu objek ke objek lain yang
mempunyai nilai imbalan yang lebih besar. Sistem pemberian imbalan dapat
mendorong individu untuk berperilaku dalam mencapai tujuan; perilaku dipandang
sebagai tujuan, sehingga ketika tujuan tercapai maka akan timbul imbalan.
2.3 Teori-Teori Motivasi
Teori motivasi
dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu teori isi dan teori proses.
2.3.1
Teori Isi Motivasi
Pada dasarnya Teori ini lebih didekatkan
pada faktor – faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya
bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. Pada teori kepuasan ini didukung juga oleh
para pakar diantaranya:
1)
Teori
Hirarki Kebutuhan (A. Maslow)
2)
Teori X
dan Y (Douglas Mcgregor)
3)
Teori
Tiga Motif Sosial (D. McClelland)
4)
Teori Dua
Faktor (Frederick Herzberg)
5)
Teori ERG
(Clayton Alderfer)
1.
Teori
Hirarki Kebutuhan (A.Maslow)
Teori
hirarki kebutuhan Abraham Maslow, Maslow berpendapat bahwa pada diri tiap orang
terdapat hirarki dari lima kebutuhan:
ð
Kebutuhan Fisik
: Makanan,
minuman, tempat tinggal, kepuasaan seksual, dan kebutuhan fisik lain.
ð
Kebutuhan keamanan
: Keamanan dan perlindungan dari gangguan fisik
dan emosi, dan juga kepastian bahwa kebutuhan fisik akan terus terpenuhi
ð
Kebutuhan Sosial
: Kasih
sayang, menjadi bagian dari kelompoknya, diterima oleh teman-teman, dan
persahabatan.
ð
Kebutuhan Harga Diri
: Faktor
harga diri internal seperti penghargaan diri, otonomi, dan pencapaian prestasi
dan faktor harga diri esternal seperti harga diri status, pengakuan
(diorangkan), dan perhatian.
ð
Kebutuhan Aktualisasi diri
: Pertumbuhan,
pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri; dorongan untuk
menjadi apa yang ia mampu capai.
Dalam istilah motivasi Maslow berpendapat bahwa tiap
tingkat dalam hirarki itu harus secara subtansial terpuaskan sebelum hirarki
berikutnya menjadi aktif dan setelah kebutuhan tersebut secara subtansial
terpenuhi, kebutuhan tersebut tidak lagi bisa memotivasi perilaku. Jika kita
ingin memotivasi seseorang, menurut Maslow, kita perlu memahami di tingkat mana
keberadaan orang itu dalam hirarki dan perlu berfokus pada pemusatan kebutuhan
pada atau di atas tingkat itu. Sehingga kebutuhan orang tersebut dapat
terpuaskan.
1.
Teori X
dan Y (Douglas Mcgregor)
Douglas McGregor mengemukakan dua pandangan nyata
mengenai manusia pandangan pertama pada dasarnya negatif, disebut Teori X,
dan yang kedua pada dasarnya positif, disebut Teori Y. Menurut Teori X,
empat asumsi yang dimiliki oleh manajer adalah:
1)
Karyawan pada dasarnya tidak
menyukai pekerjaan dan, sebisa mungkin, berusaha untuk menghindarinya.
2)
Karena karyawan tidak menyukai
pekerjaan, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman
untuk mencapai tujuan-tujuan.
3)
Karyawan akan menghindari tanggung
jawab dan mencari perintah formal bila mungkin.
4)
Sebagian karyawan menempatkan
keamanan di atas semua faktor lain terkait pekerjaan dan menunjukkan sedikit
ambisi.
Sedangkan empat asumsi positif menurut Teori Y:
1)
Karyawan menganggap kerja sebagai
hal yang menyenangkan, seperti halnya istirahat atau bermain.
2)
Karyawan akn berlatih mengendalikan
diri dan emosi untuk mencapai berbagai tujuan.
3)
Karyawan bersedia belajar untuk
menerima, bahjkan mencari, tanggung jawab.
4)
Karyawan mampu membuat berbagai
keputusan inovatif yang diedarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya bagi
mereka yang menduduki posisi manajemen.
Analisis McGregor tersebut selaras dengan kerangka
dasar yang dibuat oleh Maslow. Teori X berasumsi bahwa kebutuhan-kebutuhan
tingkat yang lebih rendah mendominasi individu. Teori Y berasumsi bahwa
kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi mendominasi individu. McGregor yakin
bahwa asumsi-asumsi Teori Y lebih valid daripada Teori X. Sayangnya
asumsi-asumsi Teori Y belum tentu valid mengubah tindakan sesesorang yang
bekerja akan termotivasi.
2.
Teori
Tiga Motif Sosial (D. McClelland)
Teori kebutuhan McClelland dikembangkan oleh David
McClelland dan rekan-rekannya yang berfokus pada:
a.
Kebutuhan pencapaian (need for
achievement): Dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha keras
untuk berhasil.
b.
Kebutuhan kekuatan (need for power):
kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga
mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
c.
Kebutuhan
hubungan (need for affiliation): keinginan untuk menjalin suatu hubungan
antarpersonal yang ramah dan akrab.
3.
Teori Dua
Faktor (Frederick Herzberg)
Teori yang di kembangkan oeh Herzberg yang dikenaL dengan “model dua faktor” dari moivasi yaitu,
faktor motivasional dan faktor higine atau “pemiliharaan’’
Menurut teori ini yang di maksud dengan teori
motivasional adalah hal-hal pendorong berperestasi yang sifatnya intrinsik,
yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang sedangkan yang dimaksud dengan
faktor higiene atau pemiliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik
yang berarti bersumber dari luar dari sesorang, misalnya dari organisasi,
tetapi turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan kekaryawannya.
Menurut herzbreg, yang tergolong sebagai faktor motifasional
antara lain ialah pekerjaan sesorang, keberhasilan yang di raih, kesempatan
bertumbuh, kemajuan dalam berkarir dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemiliharaan mencakup antara lain status seseorang
dalam organisasi, hubungan seseorang karyawan dengan atasannya, hubungan
sseorang dengan rekan-rekan kerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh
oleh para penyelia, kebijaksanaan organisasi, system administrasi dalam
organisasi, kendisi kerja dan sisitem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memehami dan menerapkan
teori ini ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh
kuat dalam kehidupan kekaryaan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik
ataukah yang bersifat eksrintsik.
4.
Teori ERG
(Clayton Alderfer)
Teori ERG
menganggap bahwa kebutuhan manusia memiliki tiga hirarki yaitu :
a. Existence
(eksistensi); Kebutuhan akan pemberian persyaratan keberadaan materil dasar
(kebutuhan psikologis dan keamanan).
b.
Relatednes (keterhubungan); Hasrat
yang dimiliki untuk memelihara hubungan antar pribadi (kebutuhan sosial dan
penghargaan.
c. Growth
(pertumbuhan) ; Hasrat kebutuhan intrinsik untuk perkembangan pribadi
(kebutuhan aktualisasi diri).
Teori ERG tidak berasumsi bahwa terdapat sebuah
hierarki yang kaku dimana seorang harus memenuhi kebutuhan tingkat rendah
terlebih dahulu sebelum naik ke tingkat selanjutnya. Teori ERG memiliki
prioritas sesuai dengan urutannya. Penelitian menunjukkan ketimpang tindihan
piramida kebutuhan Maslow, dan teori motivasi ERG memberikan solusinya. Teori
Motivasi ERG Aderfer ini bisa diaplikasikan secara tepat mengikuti kebutuhan
personal setiap individu di dalam sebuah organisasi. Studi empiris dalam
menetapkan ketiga kebutuhan ini telah diuji dan dibuktikan secara ilmiah.
Teori ERG bersifat progresif namun tetap fleksibel
tanpa mengharuskan optimalisasi pemenuhan ketiga kebutuhannya. Walaupun para
manajer juga mesti memperhatikan pemenuhan ketiga kebutuhan pada karyawannya.
Kebutuhan eksistensial berkaitan dengan kebutuhan yang paling mendasar untuk
hidup. Yang termasuk dalam kebutuhan ini adalah penunjang kehidupan dan
keamanan secara fisik serta psikologis.
Kebutuhan eksistensi pada teori ERG mengkategorikan kebutuhan tingkat
pertama dan kedua pada hirarki Maslow ke dalam tingkatan pertama yang paling
kongkrit dan wajib dipenuhi perusahaan kepada semua pekerjanya.
Kategori kedua pada teori ERG adalah
kebutuhan tingkat ketiga dan keempat di dalam piramida Maslow yang berkaitan
dengan kebutuhan sosial di dalam diri secara personal atau antar individu. Para
pemimpin harus menjaga komunikasi serta hubungan yang baik kepada bawahannya
dan memfasilitasi lingkungan yang sehat untuk keharmonisan interaksi antar
pegawai. Pemberian kritik dan motivasi harus berimbang dan membangun. Pemberian
pengakuan, penguatan ketentraman berkelompok, dan peningkatan reputasi adalah
aplikasi dari manajemen untuk mengelola kebutuhan hubungan sosial(relatedness).
Sarana publik dan wadah publikasi di kantor juga harus disiapkan oleh
perusahaan.
Kepuasan kerja dan kepercayaan diri para karyawan
harus dijaga dengan memperhatikan kebutuhan hubungan sosial ini. Metode
komunikasi yang dilakukan harus mengikuti prinsip saling menghormati dan
bertoleransi, serta mendukung peningkatan kemampuan karyawan untuk bersinergi
dan terakhir, manajemen perusahaan sebaiknya menyediakan peluang untuk karyawan
agar bertumbuh dan berkembang. Jika kebutuhan untuk bertumbuh ini terhambat,
karyawan akan mengalami regresi yang membuat frustasi.
Teori ERG menyatakan jika kebutuhan untuk tumbuh
dihalangi oleh lingkungan dan tidak diberikan kesempatan, maka karyawan akan
termotivasi dan mencari pemenuhan kebutuhan di tingkat yang lebih rendah,tapi
bisa saja seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya untuk bertumbuh walau
kebutuhan eksistensi dan hubungannya belum terpenuhi. Maka dari itu, ada tiga
klasifikasi keterkaitan antar tiga tingkatan kebutuhan di dalam teori motivasi
ERG oleh Alderfer ini. Ketiganya adalah: kepuasan-peningkatan,
frustasi-regresi, dan penguatan bersama antar kebutuhan pada teori ERG
Alderfer.
Ketiga tingkat kebutuhan dalam teori ERG bisa saling
menguatkan dan mendorong seseorang untuk ke tingkat yang lebih tinggi. Dan
teori ini memampukan seorang pekerja untuk tetap termotivasi meski ada
tingkatan kebutuhan yang belum terpenuhi.
1.3.1
Teori Motivasi
proses (process theory) Aktualisasi Diri
Teori ini berusaha agar setiap pekerja giat
sesuai dengan harapan organisasi perusahaan. Daya penggeraknya adalah harapan
akan diperoleh si pekerja. Dalam hal ini teori motivasi proses yang dikenal
seperti :
1) Teori Harapan (Expectancy Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Victor H.
Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja
giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara
apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari hasil pekerjaan itu.
Teori
harapan ini didasarkan atas :
ð Harapan
(Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi karena
perilaku.
ð Nilai
(Valence) adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai / martabat
tertentu (daya/nilai motivasi) bagi setiap individu yang bersangkutan.
ð Pertautan
(Instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat pertama.
Ekspektansi merupakan sesuatu yang ada
dalam diri individu yang terjadi karena adanya keinginan untuk mencapai hasil
sesuai dengan tujuan. Ekspektansi merupakan salah satu penggerak yang mendasari
seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Karena dengan adanya usaha yang keras
tersebut, maka hasil yang didapat akan sesuai dengan tujuan. Dalam teori ini
disebutkan bahwa seseorang akan memaksimalkan usaha dan meminimalkan segala
yang menghalangi pencapaian hasil maksimal. Teori ekspektansi berasumsi bahwa
seseorang mempunyai keinginan untuk menghasilkan suatu karya pada waktu tertentu
tergantung pada tujuan-tujuan khusus orang yang bersangkutan dan juga pemahaman
seseorang tersebut tentang nilai suatu prestasi kerja sebagai alat untuk
mencapai tujuan tersebut. Ekspectansi menekankan pada hasil yang akan dicapai.
Hasil yang diinginkan dipengaruhi oleh tujuan pribadi seseorang dalam mencakup
kebutuhan. Dalam teori ini, seseorang akan memaksimalkan sesuatu yang
menguntungkan dan meminimalkan sesuatu yang merugikan bagi pencapaian tujuan
akhirnya.
Contoh
Kasus PHK :
Dari
sudut pandang Expectancy Theory, para pekerja tidak termotivasi untuk bekerja
keras karena tidak adanya hubungan antara prestasi kerja dengan penghasilan.
Persepsi mereka adalah bahwa kerja keras tidak akan memberikan mereka
penghasilan yang diharapkan. Malahan, dengan adanya PHK, mereka memiliki
persepsi bahwa walaupun telah bekerja keras, kadang-kadang mereka malah
mendatangkan hasil yang tidak diinginkan, misalnya PHK. Konsisten dengan teori
ini, para pekerja pun menunjukkan motivasi yang rendah dalam melakukan pekerjannya.
·
Rekomendasi: Kaitkan
penghasilan dengan prestasi. Sesuai dengan Expectancy Theory (Vroom, dalam
Donovan, 2001), tiga hal akan direkomendasikan untuk perusahaan dalam Contoh
Kasus:
Tingkatkan Expectancy: Para pekerja
perlu merasa bahwa mereka mampu mencapai prestasi yang tinggi. Jika perlu,
perusahaan perlu memberikan pelatihan untuk memastikan bahwa para karyawan
memang memiliki keahlian yang dituntut oleh masing-masing pekerjaannya.
Tingkatkan Instrumentality: Ciptakan
reward system yang terkait dengan prestasi. Misalnya, selain gaji pokok, tim
yang berhasil mencapai targetnya secara konsisten akan mendapatkan bonus.
Dengan cara ini, para karyawan mengetahui bahwa prestasi yang lebih baik memang
benar akan mendatangkan penghasilan yang lebih baik pula.
Tingkatkan Valence: Karena
masing-masing individu memiliki penilaian yang berbeda, sangatlah sulit bagi
perusahaan untuk merancang reward system yang memiliki nilai tinggi bagi setiap
individu karyawan. Salah satu cara mengatasi hal ini adalah dengan memberikan
poin bonus yang bisa ditukarkan dengan berbagai jenis hal sesuai kebutuhan
individu, misalnya poin bonus bisa ditukarkan dengan hari cuti, uang, kupon
makan, dsb. Konsekuensi dari program ini adalah perusahaan harus menerapkan
sistem pencatatan yang rapi untuk memastikan bahwa masing-masing karyawan
mendapatkan poin bonus secara adil.
2) Teori Keadilan (Equity Theory)
Tokoh dalam teori ini adalah S. Adams.
Menurut
teori ini bahwa kepuasan seseorang tergantung apakah ia merasakan ada keadilan
(equity) atau tidak adil (unequity) atas suatu situasi yang dialaminya. Teori
ini merupakan variasi dari teori perbandingan sosial. Komponen utama dari teori
ini adalah:
1. Input,
Yaitu sesuatu yang bernilai bagi seseorang yang dianggap mendukung
pekerjaannya, seperti : pendidikan, pengalaman, kecakapan, banyaknya usaha yang
dicurahkan, jumlah jam kerja, dan peralatan pribadi yang dipergunakan untuk
pekerjaannya
2. Hasil (outcomes) , Adalah sesuatu vang
dianggap bernilai oleh seorang pekerja yang diperoleh dari pekerjaannya,
seperti gaji, keuntungan sampingan, simbol status, penghargaan, serta
kesempatan untuk berhasil atau ekspresi diri.
3. Orang
bandingan (comparison person), Bisa berupa seseorang di perusahaan yang sama
atau di tempat lain bahkan bisa pula dengan dirinya sendiri terhadap
pekerjaannya di waktu lampau.
Menurut
teori ini, seseorang akan membandingkan rasio input- hasil dirinya dengan rasio
input-hasil-orang bandingan. Jika perbandingan itu dianggapnya cukup adil, maka
ia akan merasa puas. Namun jika perbandingan itu tidak seimbang dan justru
merugikan (kompensasi kurang), akan menimbulkan ketidakpuasan dan menjadi motif
tindakan bagi seseorang untuk menegakkan keadilan.
Ada bermacam cara seorang karyawan
berusaha menegakkan keadilan, yaitu :
ð Meningkatkan
atau mengurangi input-input pribadi, khususnya usaha membujuk orang bandingan
untuk meningkatkan atau mengurangi input-input pribadinya.
ð Membujuk
organisasi untuk merubah hasil perseorangan pekerja atau hasil orang bandingan.
ð Pengabaian
psikologis terhadap input-input atau hasil-hasil orang bandingan.
ð Memilih
orang bandingan yang lain.
Bagaimana
seseorang berusaha menurunkan ketidakadilan akan ditentukan oleh sifat selisih
hasil dan input serta biaya relatif reaksi alternatif dalam situasi tertentu.
Teori keadilan memiliki implikasi terhadap pelaksanaan kerja para karyawan
disamping terhadap kepuasan kerja. Teori ini meramalkan bahwa seorang karyawan
akan mengubah input usahanya jika tindakan ini lebih layak dari pada reaksi
lainnya terhadap ketidakadilan.
Adapun
kelemahan teori ini adalah kenyataan bahwa kepuasan orang juga ditentukan oleh
perbedaan individu (misalnya saja pada waktu seseorang ditanya jumlah gaji yang
diinginkan saat melamar pekerjaan). Selain itu tidak liniernya hubungan antara
besarnya kompensasi dengan tingkat kepuasan lebih banyak bertentangan dengan
kenyataan. Implikasi ketidakadilan terhadap pelaksanaan kerja juga belum
menunjukkan kesimpulannya. Kebanyakan studi memiliki kelemahan metodologis atau
lainnya dan terlalu singkat kurun waktu untuk mengevaluasi segala hal, kecuali
akibat-akibat jangka pendek ketidakadilan terhadap pelaksanaan kerja.
Untuk masa sekarang teori keadilan
tampaknya kurang bermanfaat untuk meramalkan usaha dan pelaksanaan kerja
dibanding dengan meramalkan apakah karyawan akan kecewa dengan aspek-aspek
pekerjaan tertentu yang mungkin sekali dijadikan perbandingan sosial, seperti
gaji, promosi, penghargaan, serta simbol status.
3) Teori Penentuan Tujuan
Teori tujuan mencoba menjelaskan hubungan-hubungan
antara niat atau intentions (tujuan-tujuan dengan prilaku), pendapat in
digunakan oleh Locke. Teori ini memiliki aturan dasar, yaitu penetapan dari
tujuan-tujuan secara sadar.
Menurut Locke, tujuan-tujuan yang cukup sulit, khusus
dan pernyataannya yan jelas dan dapat diterima oleh tenaga kerja, akan
menghsilkan unjuk kerja yang lebih tinggi daripada tujuan-tujuan tidak khusus,
dan yang mudah dicapai. Hasil penelitian Edwin Locke dan rekan-rekan (1968),
menunjukkan efek positif dari teori tujuan pada prilaku kerja.
Locke menunjukan bahwa :
ð Tujuan yang
cukup sulit ternyata menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada
tujuan yang lebih mudah.
ð Tujuan
khusus, cukup sulit untuk menghasilkan tingkat output yang lebih tinggi.
Penetapan
tujuan tidak hanya mempengaruhi kerja itu sendiri, tetapi dapat juga mendorong
pegawai untuk mencoba menemukan metode yang lebih baik untuk melakukan pekerjaan.
Teori tujuan berdasarkan pada intuitif yang solid. Perusahaan menggunakan teori
tujuan ini, berdasarkan tujuan-tujuan perusahaan, secara berurutan disusun
tujuan-tujuan untuk devisi, bagian sampai satuan kerja yang terkecil untuk
diakhiri penetapan sasaran kerja untuk setiap karyawan dalam kurun waktu
tertentu
Tujuan-tujuan
yang bersifat spesifik atau sulit cenderung menghasilkan kinerja (performance)
yang lebih tinggi. Dalam pencapaian tujuan dilakuka melalui usaha partisipasi
yang menimbulkan dampak :
(+) Acceptance/Penerimaan : sesulit
apapun apabila orang telah menerima suatu pekerjaan maka akan dilaksanakan
dengan baik.
(-) Timbulnya superioritas pada
orang yang memiliki kemampuan lebih tinggi.
Teori tujuan
ini, dapat juga ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan
sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran pribadi memiliki nilai kepentingan
pribadi (valence) yang berbeda-beda.
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan dan ia akan memiliki keikatan (commitmen) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yan telah ia tetapkan. Bila seseorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu, dapat terjadi bahwa keikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
Teori penetapan tujuan (goal setting theory).
Proses penetapan tujuan (goal setting) dapat dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri. Bila didasarkan oleh prakarsa sendiri, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan dan ia akan memiliki keikatan (commitmen) besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yan telah ia tetapkan. Bila seseorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun waktu tertentu, dapat terjadi bahwa keikatan terhadap usaha mencapai tujuan tersebut tidak terlalu besar.
Teori penetapan tujuan (goal setting theory).
Penetapan
tujuan memiliki empat macam mekanisme:
a.
Tujuan adalah yang mengarahkan
perhatian
b.
Tujuan adalah yang mengatur upaya
c.
Tujuan adalah meningkatkan
persistensi
d.
Tujuan adalah menunjang strategi
untuk dan rencana kegiatan
Hasil
penelitian Edwin Locke menunjukkan bahwa :
·
Tujuan yang cukup sulit ternyata
menghasilkan tingkat kerja yang lebih tinggi daripada tujuan yang lebih mudah.
·
Tujuan khusus, cukup sulit untuk
menghasilkan tingkat output yang lebih tinggi.
Contoh :
Seseorang yang mempunyai tujuan dengan jelas dan tegas dalam suatu organisasi
atau perusahaan akan menghasilkan strategi dan tingkat output yg tinggi sesuai
dengan apa yang ingin ia capai.
2.1 Cara dan
Upaya Meningkatkan Motivasi Kerja Karyawan
Cara dan upaya untuk melakukan kerja hebat adalah dengan
menumbuhkan rasa cinta terhadap pekerjaan kita. Sebab, dengan mencintai
pekerjaan kita akan menjadi termotivasi dan tertantang untuk melakukan yang
lebih baik lagi. Rasa cinta pekerjaan akan membuat kita berusaha untuk menggali
potensi diri dan meningkatkan kompetensi diri agar bisa melakukan yang terbaik.
Ada 5 faktor atau kunci motivasi kerja karyawan,
yang meliputi: kepuasan, penghargaan, pengakuan, inspirasi dan kompensasi.
1.
Motivasi karyawan dengan membangun
kepuasan
Dalam buku “The Service Profit Chain,” menyatakan
bahwa satu-satunya cara untuk memperoleh keuntungan yang berkelanjutan adalah
dengan membangun sebuah lingkungan kerja yang nyaman dan menarik, selalu fokus,
dan menjaga karyawan yang berbakat. Maksudnya adalah mereka harus bisa termotivasi
supaya siap menunjukkan kemampuan dan mendapatkan komitmen agar mampu tampil di
tingkat yang maksimal.
Motivasi kerja berhubungan erat dengan tingkat
kepuasan diri pekerja atau karyawan dan hal ini dapat tercipta dengan adanya
lingkungan kerja yang menyenangkan. Sebab, jika kita fokus pada menciptakan
kepuasan karyawan, lalu fokus pada motivasi karyawan, maka akan tercipta suatu
hubungan kerja yang baik, karena karyawan yang puas akan mengurus pelanggan
dengan baik.
2.
Motivasi karyawan melalui apresiasi
Memberikan apresiasi kepada karyawan sangatlah penting
agar membangkitkan perilaku positif dan prestasi karyawan, sehingga mereka
dapat melakukan pekerjaan dengan baik atau tidak. Manajer yang cerdas dapat
meningkatkan motivasi kerja karyawan dengan memberikan perhatian secara
personal, seperti memberikan tepukan di punggung, catatan tulisan tangan, atau
komentar singkat di aula. Dan menunjukkan atau memberikan penghargaan, usahakan
agar mengatakannya dengan lebih spesifik. Dengan menjadi spesifik, karyawan
menyadari tindakan mereka benar-benar diawasi. Dan, motivasi tingkat tinggi
karyawan akan didapatkan melalui hasil yang alami.
3.
Motivasi karyawan melalui pengakuan
Sebagian
orang mampu melakukan apapun hanya untuk mendapatkan pengakuan, mereka juga
dengan senang hati akan melakukan hal tersebut tanpa imbalan atau bayaran. Hal
ini bisa menjadi senjata rahasia seorang manajer untuk memotivasi kerja
karyawannya. Pengakuan merupakan 'hadiah emosional' untuk kerja mereka, sepeti
mengakui keunggulan karyawan di tempat kerja, memberikan penghargaan atas
keberhasilannya mencapai target penjualan atau bahkan penghargaan untuk
kehadiran dan kedisiplinannya. Hal ini dapat dikatakan sangat efektif dalam
upaya memotivasi karyawan.
2.2 Sistem Desain Kerja (Job Design)
Dalam memotivasi karyawan, perusahaan juga bisa
melakukan motivasi dengan membuat pekerjaan lebih menarik. Perusahaan bisa
menggunakan sistem desain kerja atau (Job
Design).
A.
Desain Pekerjaan
Desain
pekerjaan adalah fungsi penetapan kegiatan-kegiatan kerja seorang individu atau
kelompok karayawan secara organisasional. Tujuannya adalah untuk mengatur
penugasan-penugasan kerja yang memenuhi kebutuhan organisasi, teknologi dan
keperilakuan.
Desain
pekerjaan merupakan keputusan dan tindakan manajerial yang mengkhususkan
kedalam cakupan dan hubungan pekerjaan yang objektif untuk memenuhi kebutuhan
orgranisasi serta kebutuhan sosial dan pribadi pemegang pekerjaan.
Strategi
desain pekerjaan dikembangkan dengan menekankan pentingnya karakteristik
pekerjaan inti. Strategi berdasarkan teori motivasi Herzberg yang mencakup
peningkatan kedalam pekerjaan melalui pendelegasian wewenang yang lebih besar
kepada pemegang pekerjaan. Tetapi pemerkayaan tidak dapat diterapkan secara
universal karena tidak mempertimbangkan perbedaan individu.
Ukuran
perbedaan individu mendorong untuk mengkaji cara meningkatkan persepsi positif
terhadap keragaman. Identitas, arti, otonomi dan balikan akan meningkatkan
prestasi kerja dan kepuasan kerja seandainya para pemegang pekerjaan memiliki
kebutuhan pertumbuhan yang relatif tinggi.
B.
Mendesain kembali Pekerjaan (Job
Redesign)
Mendesain
kembali pekerjaan hendaknya bertujuan pada perubahan pada pekerjaan-pekerjaan
yang lebih khusus, saling mempunyai ketergantungan antara individu dan kelompok
kerja dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kerja para pegawai dan
produktifitas kerja dalam suatu organisasi.
Desain
pekerjaan (job redesign) merupakan kegiatan merancang atau menyusun kembali
rencana-rencana yang telah dibuat tentang tugas-tugas dari pekerjaan para
pegawai sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan individu.
Dalam
mendesain kembali pekerjaan dibutuhkan teknik baik secara individu maupun
kelompok. Teknik-teknik tersebut antara lain :
1.
Teknik Pengayaan Kerja (job
enrichment)
2.
Teknik Perluasan Kerja (job
enlargement)
3.
Rotasi Kerja (job rotation)
4.
Kelompok Kerja
C.
Pendekatan dan teknik desain kerja
(Job Design)
Pengertian
job design adalah suatu pendekatan didalam suatu pekerjaan yang dilakukan
dengan sedemikian rupa untuk memetik minat pekerja dengan mengadakan job
enlargement yaitu praktek untuk memperluas isi daripada suatu pekerjaan yang
meliputi jenis dan tugas dalam tingkat yang sama dan job enrichment yaitu
praktek yang memberikan karyawan tingkat kebebasan yang lebih tinggi terhadap
perencanaan dan pengorganisasian melalui implementasi kerja dan evaluasi hasil.
Banyak
penelitian yang menghasilkan konsep dan teori baku tentang job design dengan
pendekatan motivasi. Konsep dan teori tersebut telah banyak diadopsi oleh
banyak organisasi di dunia dan terus mengalami perubahan sesuai dengan
perubahan zaman. Salah satunya adalah konsep tentang job design dengan
pendekatan motivasi adalah model survei Diagnostik Pekerjaan Hackman-oldman
yang mengkombinasikan lima variabel karakteristik pekerjaan.
Dengan
menggunakan pendekatan ini organisaai dapat mendesign pekerjaan dengan
menggunakan karakteristik pekerjaan sebagai dasar kategori. Namun, sejalan
dengan perubahan dan kebutuhan terutama pada era globalisasai, konsep
hackman-oldman tidak mampu seluruhnya menjawab tantangan tersebut, untuk itu
perlu diadakan modifikasi konsep job design. Untuk itu perlu dilakukan
pengembangan model dan pendekatan job design dari setiap organisasi.
Model baru
ini muncul sebagai akibat dari pengaruh lingkungan dan munculnya kebutuhan baru
dalam proses job design dari setiap organisasi tersebut. Namun model apapun
yang digunakan oleh tiap organisasi tersebut, job design harus mampu
mengakomodir kebutuhan individu dan organisasi dan mampu mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien.Job design dikaji dikaji melalui
pendekatan scientific management. Atau terngiang satu tambahan kata saja di
depan job design.efisiensi job design.
Elemen-elemen
desain pekerjaan
-
Elemen organisasional
-
Pendekatan mekanistik
-
Aliran kerja
-
Praktek-praktek kerja
Elemen
lingkungan
-
Kemampuan dan ketersediaan karyawan
-
Pengharapan sosial
-
Elemen keperilakuan
-
Otonomi
-
Variasi
-
Identitas tugas
-
Umpan balik
Trade-offs
keperilakuan dan efisiensi
-
Produktifitas versus Spesialisasi
-
Kepuasan kerja versus Spesialisasi
-
Proses belajar versus Spesialisasi
-
Perputaran karyawan versus
Spesialisasi
Teknik job
re-design
-
Simplifikasi pekerjaan
-
Perluasan pekerjaan
D.
Teknik-teknik desain kerja (rotasi
kerja, perusahaan kerja, pengayaan kerja, kelompok kerja)
1.
Rotasi Kerja (job rotation)
Job rotation
is workers who spend all their time in one routine task can instead move from
one task to another.
(Rotasi pekerjaan adalah pekerja yang menghabiskan waktu mereka disalah
satu tugas rutin yang kemudian bisa berpindah dari satu tugas ke tugas yang
lain) sedangkan menurut Stephen P. Robbins mengemukakan rotasi kerja adalah
variasi horizontal atau perpindahan pekerjaan secara horizontal.
2.
Perluasan Kerja (job enlargement)
“Job
Enlargement is increasing the number of different tasks in a given job by changing the division of labor”. (Perluasan Kerja adalah meningkatkan jumlah
tugas yang berbeda dalam suatu pekerjaan yang diberikan dengan mengubah
pembagian kerja) Sedangkan Stephen P. Robbins menganggap perluasan kerja
merupakan penjabaran pekerjaan dari rotasi kerja.
3.
Pengayaan Kerja (Job Enrichment)
“Job
Enrichment is changing a task to make it inherently more rewarding, motivating
and satisfying”. ( pengayaan
kerja adalah mengubah suatu tugas untuk membuatnya saling tidak terpisahkan
agar bermanfaat, memotivasi, dan memuaskan.
Pengayaan kerja merupakan perluasan kerja secara
vertikal yang di fokuskan kepada peningkatan terhadap kedalaman pekerjaan.
Selanjutnya dalam pengayaan kerja, menghendaki para pekerja mengontrol
pekerjaannya sendiri. Tugas-tugas yang ditambahkan terhadap pekerjaan hendaknya
memungkinkan para pekerja melakukan aktivitas yang sempurna dan penuh dengan
kebebasan, mandiri, bertanggung jawab, dan meningkatkan kualitas kerja.jenis
pekerjaan seperti ini harus dapat memberikan umpan balik, sehingga para pegawai
atau pekerja dapat menilai dirinya sendiri dan dapat menilai pekerjaannya
sendiri.
4.
Kelompok Kerja
Kelompok kerja dalam suatu organisasi merupakan bentuk
kelompok kerja yang dibentuk untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan dalam
organisasi, sehingga nantinya dengan kelompok kerja para pegawai dapat
melaksanakan pekerjaan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana kerja
yang telah ditetapkan semula.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Motivasi
karyawan merupakan suatu keadaan yang mendorong, merangsang, atau menggerakan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang dilakukannya sehingga mencapai
tujuannya.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam
diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk melakukan
suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan
keterampilan yang dimilikinya.
Kegunaan
motivasi karyawan adalah untuk mendorong timbulnya kelakuan atau suatu
perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar. Sebagai
pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang
diinginkan. Sebagai penggerak, berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjan.
3.2
Saran
Demikian yang penulis dapat paparkan mengenai motivasi karyawan dan yang berkaitan
denganya, tentunya penulis menyadari atas segala kekurangannya. Maka dari itu,
penulis berharap para pembaca dan penyimak memberikan kritik dan saran yang
membangun demi menyemburnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
-
Kreiner, Angelo Kincki. 2014.
Perilaku Organisasi, Edisi-9 Buku-1. Jakarta Selatan : Salemba Empat
JOIN NOW !!!
BalasHapusDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.cc
dewa-lotto.vip
DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
BalasHapusBONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.biz
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^
DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
BalasHapusBONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.biz
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^