Makalah Karakteristik Umat Islam

PRAKATA
            Puji syukur ke hadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Karakteristik Umat Islam . Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah Pendidikan Agama Islam pada Upt BSMKU Universitas Jember.
            Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1.      Muhammad Erfan Muktasim Billah S.H., M.H.I., selaku Dosen Pengajar Matakuliah Pendidikan Agama Islam  yang telah banyak memberikan nasehat, arahan, bimbingan, kritik, dan saran yang berguna dalam penulisan makalah ini;
2.      Orangtua yang telah memberikan dorongan dan doanya demi terselesaikannya makalah ini; dan
3.      semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Jember, 10 November 2015                                                                         Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL....................................................................           i
PRAKATA.......................................................................................           ii
DAFTAR ISI.....................................................................................          iii
BAB 1. PENDAHULUAN ..............................................................           1
              1.1 Latar Belakang ............................................................           1
              1.2 Rumusan Masalah .......................................................           1
              1.3 Tujuan ..........................................................................           2
              1.4 Manfaat ........................................................................           2
BAB 2. PEMBAHASAN..................................................................           3
BAB 3. PENUTUP...........................................................................         10
              3.1 Kesimpulan...................................................................         10          
              3.2 Saran.............................................................................         10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................         11   
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
                 Islam adalah agama yang dibawa oleh para nabi dan Rasul. Bahwa Allah SWT tidak mengutus para nabi dan Rasul-Nya kecuali mengajak manusia untuk menganut agama Islam dengan artian berserah diri kepada Allah, mengesakan Allah dan beribadah hanya kepada Allah SWT semata. Allah  SWT memproklamirkan bahwa hanya Islamlah yang diridhai Allah SWT sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-Nya:
الْيَوْمَأَكْمَلْتُلَكُمْدِينَكُمْوَأَتْمَمْتُعَلَيْكُمْنِعْمَتِيوَرَضِيتُلَكُمُالْإِسْلَامَدِينًا
“Pada hari ini, telah Aku sempurnakan agamamu, dan Aku beri nikmat atasmu, dan Aku ridha bahwa Islam sebagai agama (yang sah)”. (Al-Maidah:3)
                 Meyakini Islam sebagai agama yang benar, bagi umat islam merupakan hal yang sangat mendasar dan harus diyakini sepenuhnya. Banyak hal dan permasalahan yang dapat diselesaikan dan dicari jalan terbaik atau solusi dengan menggunakan kaidah sesuai agama Islam. Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa Islam adalah agama yang memiliki karakteristik yang universal sehingga mampu menjangkau lapisan masyarakat yang berlainan dan beragam model dan bentuknya; dari ras, suku, bangsa, warna kulit, bahasa, jenis, dan kedudukan.
                
1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil rumusan masalah yaitu bagaimana karakteristik umat Islam?
1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dalam makalah ini adalah mengetahui karakteristik umat Islam.
1.4  Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca mengerti dan memahami karakteristik dari umat Islam.
  

BAB 2. PEMBAHASAN     
Selain terdapat karakteristik tersendiri yang membedakan dengan agama lain, agama Islam juga melahirkan karakteristik terhadap para pemeluknya atau umatnya. Karakteristik tersebut menurut para ulama sebagai berikut:
2.1 Umat Islam sebagai umat yang satu (ummatan wahidah)
Artinya bahwa manusia pada dasarnya adalah satu yang diikat oleh kesamaan visi, dan tujuan hidup yang berdasarkan kepada akidah tauhid yang menjadi misi para nabi. Kesatuan yang diikat oleh akidah ini mengalahkan segala ikatan primordial yang ada. Oleh karena itu, ia merupakan satu kesatuan yang dasyat yang mengalahkan segala jenis kesatuan yang diikat oleh ikatan lainya. Firman Allah SWT:
كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوافِيهِ ۚوَمَااخْتَلَفَفِيهِإِلَّاالَّذِينَأُوتُوهُمِنْبَعْدِمَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًابَيْنَهُمْ ۖفَهَدَىاللَّهُالَّذِينَآمَنُوالِمَااخْتَلَفُوافِيهِمِنَالْحَقِّبِإِذْنِهِۗوَاللَّهُيَهْدِيمَنْيَشَاءُإِلَىٰصِرَاطٍمُسْتَقِيمٍ
Artinya:
“Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri.Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya.Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
(Q.S.Al-Baqarah [2]: 213)
2.2  Umat Islam sebagai umat multi ras, suku, dan bangsa.
Islam adalah agama yang tidak membedakan ras, suku, dan bangsa. Ia diturunkan Allah untuk seluru manusia dari bangsa dan golongan mana pun. Orang-orang Barat seringkali menyamakan Islam dengan Arab, seolah-olah Islam itu sama dengan Arab. Padahal keterkaitan Islam dengan Arab terbatas pada sejarah dan bahasa, yaitu Nabi Muhammad SAW. Pembawanya dari orang Arab dan Al-Quran sebagai kitab sucinya diturunkan Allah dalam bahasa Arab.Hal diluar itu, Islam tidak identic dengan Arab. Ajaran Islam mendorong lahirnya umat multi ras, etnik, dan golongan, tetapi memiliki satu kebanggaan yang menyatukan semuanya.Ikatan yang mempekokoh kesatuan dirinya adalah tauhid. Oleh karena itu, perbedaan-perbedaan yang ada pada mereka tidak akan melahirkan perpecahan. Firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚإِنَّأَكْرَمَكُمْعِنْدَاللَّهِأَتْقَاكُمْۚإِنَّاللَّهَعَلِيمٌخَبِيرٌ
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. 
(Q.S. Al-Hujarat [49]: 13)
2.3 Umat yang menekankan kesamaan dan kesetaraan
Prinsip kesamaan dan kesetaraan di antara manusia sehingga menghindarkan diskriminasi apa pun, merupakan ciri yang sangat menonjol dalam konsep keumatan. Ajaran Islam sangat menekankan prinsip dasar ini, baik secara tersurat dalam ayat-ayat Al-Quran dan Hadis maupun secara tersirat dalam symbol-simbol ritual Islam.
Al-Quran menyatakan:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚإِنَّاللَّهَعَلِيمٌخَبِيرٌ
Artinya:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(Q.S. Al-Hujarat [49]: 13)
2.4 Umat yang mendorong tegaknya masyarakat dalam segala urusan Islam
Islam mendorong lahirnya masyarakat yang berdiri kokoh diatas nlai-nilai illahiyah yang sangat sesuai dengan budaya manusia.Dalam ajaran Islam, hubungan ritual mendasari dan sekaligus memberi warna terhadap sistem sosial masyarakat, Allah SWT.berfirman:
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
Artinya:
“Dan bagi orang-orang yang menerima mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan salat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”
(Q.S. Asy-Syura [42]: 38)
Dalam ayat diatas tampak bahwa tegaknya masyarakat adalah manakala masyarakat menaati hokum-hukum Allah SWT., menjalani hubungan yang konsisten dan terus-menerus dengan Allah SWT., melalui ibadah, serta menjaga dan mengembangkan hubungan sosial atas dasar saling memperhatikan dan kasih sayang.
2.5 Umat yang mencintai keadilan
Ajaran Islam sangat menekankan terwujudnya keadilan di tengah masyarakat, tegaknya hukum, dan komitmen terhadapajaran Islam.Keadilan pada dasarnya merupakan implikasi dari sifat Allah yang Maha Adil yang mendorong orang yang mentaatinya untuk bersikap adil.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(Q.S. Al-Maidah [5]: 8)
Adil merupakan ciri ketakwaan dank arena itu, keadilan yang dimiliki seseorang akan memiliki dampak sosial yang cukup luas. Hukum yang ditegakan secara adil akan berdampak pada lahirnya harapan dan optimism masyarakat untuk menerima apa yang semestinya diterima. Dengan demikian, dalam masyarakat yang menjungjung tinggi keadilan, akan lahir ketentraman dan keamanan.
2.6 Persatuan dan kebersamaan (kejam’ahan)
Islam mendorong terwujudnya persatuan dan kesatuan yang didasarkan kepada kesamaan akidah.Kesatuan dan persatuan ini lebih banyak diungkapkan dengan istilah persaudaraan.
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚوَاذْكُرُوانِعْمَتَاللَّهِعَلَيْكُمْإِذْكُنْتُمْأَعْدَاءًفَأَلَّفَبَيْنَقُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا ۗكَذَٰلِكَيُبَيِّنُاللَّهُلَكُمْآيَاتِهِلَعَلَّكُمْتَهْتَدُونَ
Artinya:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”.
(Q.S. Ali Imran [3]; 103)
Dalam ayat diatas hubungan dengan Allah SWT., dijadikan dasar untuk terwujudnya persatuan dan kesatuan umat.Hubungan dengan Allah menjadi faktor pemersatu dan menjadi dasar bagi kebersamaan dan persaudaraan di kalangan umat.
2.7 Adanya pemimpin yang berwibawa
Dalam ajaran Islam kepemimpinan merupakan persoalan yang penting sehingga banyak ayat dan hadis yang memuat pentingnya kepemimpinan.Menegakan kepemimpinan ini dikaitkan langsung dengan tanggung jawab.Pentingnya kepemimpinan dalam Islam dinyatakan bukan hanya sekedar imbauan tetapi lebih jauh menjadi kewajiban untuk menegakan dan menaatinya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri diantara kamu, kemudian jika kamuberlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”
(Q.S. An-Nisa’ [4]; 59)
Taat kepada pemimpin merupakan lanjutan dari taat kepada Allahdan Rasul-Nya. Hal ini mengandung arti pula bahwa ketaatan kepada pemimpin bukan tanpa reserve dan membabi buta, tetapi kepemimpinan yang mendasari kepemimpinannya itu dengan nilai-nilai Ilahiyah yang menjadi misi Rasul.
2.8 Saling menghargai (demokratis)
Konsep persamaan yang terkandung dalam ajaran Islam melahirkan sikap saling menghargai yang menjadi salah satu ciri umat Islam. Menghargai orang lain, baik fisik, kondisi, maupun pendapatnya juga merupakan salah satu ciri dari demokrasi .saling menghargai dalam tatanan umat Islam merupakan suatu keharusan yang menjadi ciri dalam komunikasi sehari-hari seperti tercantum dalam firman Allah SWT.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا يَسْخَرْ قَومٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلا تَنَابَزُوا بِالألْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain, (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan), dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri, dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk, sesudah iman, dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim."
(Q.S. Al-Hujarat [49]; 11)
Umat Islam sebagai komunitas muslim pada dasarnya haruslah sebagai kumpulan manusia yang mencerminkan idealitas umat yang penuh dengan kebaikan. Al-Quran menyebutkan umat Islam itu sebagai masyarakat marhamah; masyarakat yang mewujudkan rasa damai, saling peduli, dan mengembangkan kasih sayang. Hubungan antaranggota masyarakat dalam komunitas muslim adalah hubungan saling memberi dan memperhatikan, sebagaimana disabdakan Rasul:
“Seorang mukmin dengan mukmin yang lain dalam berkasih sayang, bagaikan satu tubuh, apabila salah satu anggota tubuh terluka, maka seluruh tubuh merasakan demamnya”
(H.R.Tirmidzi)
  

BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Islam merupakan sebuah agama yang dapat dilihat dari sisi mana saja, sehingga ia dapat diberlakukan di setiap ruang dan waktu. Hal itu pula yang dapat memunculkan perbedaan potret  dan karakteristik Islam, ditunjang dengan ajaran-ajarannya yang bersifat universal dan fleksibel.
3.2  Saran
Setiap muslim perlu memahami pentingnya mempelajari karakteristik umat Islam untuk membentuk karakter yang baik dan religius sehingga kelak muslim tersebut bisa menjadi orang yang berilmu dan bertakwa.
  

DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Ali Anwar. 2003 . Studi Agama Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Penilaian Kinerja

Makalah Motivasi Kerja

LAPORAN HASIL OBSERVASI ASPEK PEMASARAN PADA PRODUK CILOK