Makalah Manajemen Konflik
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen
konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar
dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk
tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi
kepentingan (interests) dan interpretasi.
Bagi
pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya
adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi
efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak
ketiga. Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah
yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan
perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin
menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau
agresif.
Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan
diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan
pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan
yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi
(termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan
penafsiran terhadap konflik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan
diatas, masalah-masalah yang akan muncul dapat di rumuskan sebagai berikut:
- Apakah yang dimaksud dengan Konflik dan Manajemen Konflik ?
- Apa saja jenis konflik ?
- Apa tujuan Manajemen Konflik ?
- Apa saja gaya Manajemen Konflik ?
- Apakah yang dimaksud dengan Strategi Konflik?
- Apa yang dimaksud Taktik Konflik?
- Apa sajakah Kebijakan Organisasi Mengenai Konflik?
1.3
Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini yaitu untuk memahami konflik2
di Indonesia agar dapat di
manajemen dengan benar dan
strategis serta untuk memenuhi tugas
mata kuliah hukum bisnis tahun ajaran 2015-2016.
BAB 2 PEMBAHASAN
1.1 Definisi Konflik dan
Manajemen Konflik
Menurut Killman dan Thomas (1978), konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-tujuan
yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya
dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat mengganggu
bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang mempengaruhi efisiensi dan
produktivitas kerja (Wijono,1993, p.4)
Stoner dan Freeman
(1989:393) membagi konflik
menjadi enam macam, yaitu:
1)
Konflik dalam diri individu (conflict within the individual). Konflik ini terjadi
jika seseorang harus memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena
tuntutan tugas yang melebihi batas kemampuannya.
2) Konflik antar-individu (conflict among individuals). Terjadi
karena perbedaan kepribadian (personality differences) antara individu
yang satu dengan individu yang lain.
3)
Konflik antara individu dan kelompok (conflict among individuals and groups). Terjadi jika individu
gagal menyesuaikan diri dengan norma - norma kelompok tempat ia bekerja.
4)
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflict among groups in
the same organization).
5) Konflik antar organisasi (conflict among organizations).
6) Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflict among
individuals in different organizations). Konflik ini terjadi sebagai akibat
sikap atau perilaku dari anggota suatu organisasi yang berdampak negatif bagi
anggota organisasi yang lain. Misalnya, seorang manajer public relations yang menyatakan keberatan atas pemberitaan yang dilansir seorang jurnalis.
Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil
para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah
hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa
penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan,
hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif.
1.2 Tujuan Manajemen Konflik
Konflik merupakan suatu fenomena yang sering kali
tidak bisa dihindari danmenghambat pencapaian tujuan organisasi. Sumber-sumber
organisasi, yaitu sumber daya manusia, sumber daya finansial, dan sumber daya
teknologi. Berikut adalah tujuan dari
manajemen konflik :
a. Mencegah
gangguan kepada anggota organisasi untuk memfokuskan diri pada visi, misi dan
tujuan organisasi. Visi, misi dan tujuan strategis harus dicapai atau
direalisasikan dengancara yang sistematis dan dalam suatu kurun waktu yang
direncanakan. Konflik dapat menganggu perhatian serta mengalihkan energi
dan kemampuan anggota organisasi untuk mencapai visi, misi dan tujuan yang
strategis dari organisasinya
b. Memahami
orang lain dan menghormati keberagaman. Dalam berorganisasi, harus memahami
bahwa rekan kerja memiliki keanekaragaman dan berbagai perbedaan, suku, agama,
bahasa, pribadi, perilaku, pola pikir dan sebagainya. Manajemen konflik
harus diarahkan agar pihak-pihak yang terlibat dalam konflik
memahami keberagaman tersebut.
c. Meningkatkan
kreatifitas. Dalam bukunya yang berjudul From conflict to creativity: How
toresolving workplace disaggrement can inspire innovation and pdoductivity,Sy,
Landau, Barbara Landau, dan Daryl Landau (2001) menguraikan bahwa konflik yang
terjadi di tempat kerja dapat dimanajemeni untuk menciptakan kreatifitas dan
inovasi, serta mengembangkan produktivitas.
d. Meningkatkan
keputusan melalui pertimbangan berdasarkan pemikiran berbagai informasi
dan sudut pandang. Konflik atau perbedaan pendapat memfasilitasi terciptanya
berbagai alternatif keputusan dan penggunaan informasi yang akurat untuk
memilih salah satu alternatif yang terbaik. Manajemen konflik harus
memfasilitasi terjadinya alternatif dan pemilihan salah satu alternatif terbaik
berdasarkan informasi yang akurat.
e. Memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan melalui peran serta, pemahaman bersama dan kerja sama.
Semua subsistem dan para anggota dalam organisasi harus bekerjasama,
saling mendukung, dan salinh membantu untuk mencapai tujuan organisasi.
f. Menciptakan
prosedur dan mekanisme penyelesaian konflik .Prosedur dan mekanisme penyelesaian dikembangkan berdasarkan situasi
konflik. Jika prosedur dan mekanismenya berhasil menyelesaikan konflik secara
berulang-ulang, hal ini akan menjadi norma budaya organisasi, jika tidak
konflik menyebabkan disfungsional organisasi.
g. Menimbulkan
iklim organisasi konflik dan lingkungan kerja yang tidak menyenangkan :
takut, moral rendah, sikap saling curiga. Iklim organisasi merupakan persepsi
anggota organisai mengenai apayang terjadi secara rutin dalam lingkungan
internal organisasi. Persepsi tersebut bisa berupa positif dan negatif. Jika
persepsinya negatif, perilaku yang kerja akan negatif akan tercipta sehingga
mempengaruhi kerja pegawai dan organisasi.
h. Meningkatkan
terjadinya pemogokan. Konflik bisa menciptakan kecurigaan antara buruh dan
manajemen perusahaan. Kecurigaan akan merusak komunikasi diantara
keduanya. Hal ini mengarahkan terbentuknya konflik desktruktif yang akan
meningkatkan pemogokan.
i. Mengarah
pada sabotase bagi pihak yang kalah dalam konflik Jika konflik berakhir
dengan win dan lose solution, serta pihak yang kalah dendam atas kekalahannya,
agresi dalam bentuk sabotase akan terjadi. Bentuk sabotase bisa berupa
penggalan pelaksanaan program atau proyek.
j. Mengurangi
loyalitas dan komitmen organisasi. Penurunan loyalitas dan komitmen organisasi
bisa disebabkan juga akibat dari terjadinya konflik. Hal ini bisa terjadi antar
pemimpin dan bawahannya.
k. Terganggunya
proses produksi dan operasiKonflik, terutama konflik destruktif, akan
mengalihkan berbagaisumber-sumber organisasi, seperti tenaga, anggaran dan
waktu.
l. Meningkatkan
biaya pengendalian karena tuntutan karyawan yang mengajukan konflik nya ke
pengadilan. Jika konflik antara manajemen perusahaan dan karyawan tidak bisa
diselesaikan melalui mekanisme penyelesaian konflik perusahaan
(peraturan perusahaan, proses bipatrit, dan proses tripatrit)
1.3 Gaya
Manajemen Konflik
A.
Pengertian
Gaya
manajemen konflik adalah pola perilaku orang dalam menghadapi situasi
konflik.Stella Ting-Tooney (2005) menggunakan istilah “Gaya komunikasi konflik
bukan gaya manajemen konflik”. Sebagai contoh, seorang pimpinan yang otokratis
cenderung menggunakan gaya manajemen konflik represif, supersif, kometitif,
serta agresi dan berupa mengalahkan lawan konfliknya. Sebaliknya, seorang
pemimpin yang demokratis jika menghadapi konflik akan menggunakan musyawarah,
mendengarkan pendapat lawan konfliknya dan mencari win&win solution.
Secara
singkat gaya manajemen yang di maksud adalah bagaimana seseorang / sekelompok
mengambil keputusan dalam hal menghadapi situasi konflik.
Ada
macam-macam label deskriptif untuk lima macam gaya, sebagai berikut:
a. Gaya pesaing
Gaya
bersaing berorientasi pada kekuasaan, dan konflik dihadapi dengan strategi
menang/kalah. Pada sisi negatif, seorang pesaing mungkin melakukan tekanan,
intimidasi bahkan paksaan kepada pihak-pihak lain yang terlibat dalam
konflik. Pada sisi positif, gaya bersaingan demikian mungkin diperlukan
apabila dituntut adanya suatu tindakan desisif cepat, atau apabila perlu
dilaksanakan tindakan-tindakan penting yang tidak bersifat populer.
b. Manajer yang menghindari diri dari
konflik
Gaya
manajemen konflik dengan menghindarkan diri dari konflik cenderung kearah
bersikap netral sewaktu adanya keharusan untuk mengambil posisi atau
sikap tertentu. Gaya ini dapat diterapkan apabila konflik yang terjadi tidak
berdampak terlalu banyak terhadap efektivitas manajerial. Tindakan ini tepat
untuk mengurangi ketegangan yang terjadi.
c. Akomodator
Gaya
akomodator menghendaki konflik diselesaikan tanpa masing-masing pihak yang
terlibat dalam konflik, menyajikan pandangan-pandangan mereka dengan keras dan
berarti. Gaya ini bermanfaat apabila sebuah konflik lebih penting bagi orang
lainnya, memberikan pengalaman dan perasaan menang bagi orang lain, dan
menjadikan orang tersebut lebih reseptif tentang persoalan lain yang lebih
penting.
d. Manajemen yang Menekankan Kompromi
Gaya
manajemen ini adalah gaya yang paling realitas yang dapat memberikan hasil
dalam jangka waktu yang disediakan untuk menyelesaikan konflik. Apabila dalam
kompromi para partisipan turut berbagi dalam kondisi kemenangan maupun
kekalahan,
maka ini merupakan variasi dari
strategi “menang menang”. Akan tetapi apabila kompromi
dilakukan untuk melunakkan persoalan
dan menggerogoti kepercayaan diantara pihak yang
berkonflik, maka ini mendekati
strategi “kalah kalah”.
e. Kolaborator
Gaya
manajemen konflik ini bisa dilakukan apabila pihak-pihak yang berkonflik
merumuskan kembali persoalannya dan kemudian dicari pemecahannya. Manajemen
konflik gaya ini perlu dilakukan apabila persoalan-persoalan yang menimbulkan
konflik penting bagi kedua belah pihak yang berkonflik. Maka dari itu sekalipun
sulit dan membutuhkan biaya- biaya besar tetap harus diupayakan.
B.
Petunjuk Pendekatan Situasi Konflik
:
Petunjuk
pendekatan suatu konflik meliputi sebagai berikut :
1.
Diawali melalui penilaian diri sendiri
2.
Analisa isu-isu seputar konflik
3.
Tinjau kembali dan sesuaikan dengan hasil eksplorasi diri
sendiri.
4.
Atur dan rencanakan pertemuan antara individu-individu yang
terlibat konflik
5.
Memantau sudut pandang dari semua individu yang terlibat
6.
Mengembangkan dan menguraikan solusi
7.
Memilih solusi dan melakukan tindakan
8.
Merencanakan pelaksanaannya
C.
Teori – Teori Gaya Manajemen
Konflik
Teori
– Teori Gaya Manajemen Konflik meliputi sebagai berikut :
1.
Teori Grid
Kerangka
teori gaya manajemn konflik itu disusun berdasarkan dua dimensi : (1)
perhatian manajer terhadap orang/bawahan (concern for people) pada sumbu
horizontal dan (2) perhatian manajer terhadap produksi (concern for production)
pada sumbu vertical. Berdasarkan tinggi rendahnya kedua dimensi tersebut,
mereka mengembangkan lima jenis gaya manajemen konflik, antara lain :
a. Memaksa (forcing)
Perhatian
seorang manajer yang tinggi terhadap produksi, sedangkan perhatian rendahnya
terhadap bawahannya. Ia berupaya memaksakan kehendaknya untuk meningkatkan
produksi dengan mengabaikan orang lain jika menghadapi konflik.
b. Konfrontasi (confrontation)
Perhatian
seorang manajer yang tinggi terhadap produksi dan bawahannya cenderung menggunakan
konfrontasi dalam memanajemen konflik. Ia berupaya berkonfrontasi untuk
meningkatkan produksi dan dalam waktu yang bersamaan berkonfrontasi untuk
memperhatikan orang yang dipimpinnya.
c. Kompromi (compromising)
Perhatian
seorang manajer yang perhatiannya rendah terhadap produksi dan bawahannya
biasanya akan menarik diri jika mengahdapi konflik. Ia mau berkompromi
mengenai tingkat produksi organisasi demi memenuhi kesejahteraan
bawahannya.
d. Menarik diri (withdrawal)
Perhatian seorang manajer yang perhatiannya
rendah terhadap produksi dan bawahannya biasanya menarik diri jika
menghadapi konflik. Ia lebih senang bersikap secara pasif, seolah-olah tidak
terjadi konflik dan tidak mau menghadapi konflik.
- Mengakomodasi (smoothing)
Perhatian
seorang manajer yang perhatiannya rendah terhadap produksi, sedangkan tinggi
perhatiannya terhadap bawahannya cenderung memberikan akomodasi jika menghadapi
konflik. Ia menyerah kepada keinginan lawan konfliknya emi hubungan yang baik
dan kesejahteraan bawahannya.
2.
Teori Thomas dan Kilmann (1978)
Kenneth
W. Thomas dan Ralp H. Killmann (1974) mengembangkan taksonomi gaya manajemen
konflik berdasarkan dimensi : (1) kerjasama pada sumbu horizontal dan (2)
keasetifan pada sumbu vertical. Kerja sama adalah upaya orang untuk memuaskan
orang lain jika menghadapi konflik. Keasertifan adalah upaya orang untuk
memuaskan orang lain jika menghadapi konflik. Berikut adalah gaya kelima jenis
gaya manajemen konflik tersebut.
a. Kompetisi
(competing)
Orang-orang
yang cenderung ke arah gaya kompetitif mengambil sikap tegas, dan tahu apa yang
mereka inginkan. Mereka biasanya beroperasi dari posisi kekuasaan, yang diambil
dari hal-hal seperti posisi, pangkat, keahlian, atau kemampuan persuasif. Gaya
ini dapat berguna bila ada keadaan darurat dan keputusan harus membuat cepat,
ketika keputusan itu tidak populer, atau ketika membela terhadap seseorang yang
sedang mencoba untuk memanfaatkan situasi egois. Namun itu dapat meninggalkan
orang merasa memar, tidak puas dan marah ketika digunakan dalam situasi yang
kurang mendesak.
b. Kolaborasi (collaborating)
Orang
cenderung ke arah gaya kolaboratif mencoba untuk memenuhi kebutuhan semua orang
yang terlibat. Orang-orang ini dapat sangat tegas tapi tidak seperti
pesaing, mereka bekerja sama secara efektif dan mengakui bahwa setiap
orang adalah penting. Gaya ini berguna ketika Anda perlu menyatukan
berbagai sudut pandang untuk mendapatkan solusi terbaik, ketika ada konflik
sebelumnya dalam kelompok, atau ketika situasi yang terlalu penting untuk
sederhana trade-off.
c. Kompromi (Compromising)
Orang
yang suka gaya mengorbankan mencoba untuk menemukan solusi yang akan setidaknya
sebagian memuaskan semua orang. Setiap orang diharapkan untuk memberikan
sesuatu, dan kompromi dirinya sendiri juga mengharapkan untuk melepaskan
sesuatu. Kompromi berguna ketika biaya konflik lebih tinggi daripada
biaya kehilangan tanah, saat lawan kekuatan yang sama berada pada macet
dan ketika ada batas waktu menjulang.
d. Akomodasi
Gaya
ini menunjukkan kesediaan untuk memenuhi kebutuhan orang lain dengan
mengorbankan kebutuhan orang itu sendiri. Accommodator sering tahu kapan harus
menyerah pada orang lain, tetapi dapat dibujuk untuk menyerah posisi bahkan
ketika itu tidak dibenarkan. Orang ini tidak tegas tetapi sangat kooperatif.
Akomodasi
adalah tepat ketika isu-isu lebih penting ke pihak lain, ketika kedamaian lebih
berharga daripada menang, atau ketika Anda ingin berada dalam posisi untuk
mengumpulkan pada “bantuan” memberi Anda. Namun orang tidak mungkin kembali
nikmat, dan
secara keseluruhan pendekatan ini
tidak mungkin untuk memberikan hasil terbaik
- Menghindar (avoiding)
Orang
cenderung ke arah gaya ini berusaha untuk menghindari konflik sama sekali. Gaya
ini ditandai dengan mendelegasikan keputusan kontroversial, menerima keputusan
default, dan tidak ingin menyakiti perasaan siapa pun. Hal ini dapat tepat
ketika kemenangan adalah mustahil, ketika kontroversi adalah sepele, atau
ketika orang lain berada dalam posisi yang lebih baik untuk memecahkan masalah.
Namun dalam banyak situasi ini adalah pendekatan yang lemah dan tidak efektif
untuk mengambil.
Perbedaan
Gaya Kolaborasi dan Kompromi
a. Kolaborasi : Solusi berupa
alternatif lain yang bukan tujuan kedua balah pihak yang terlibat namun kedua
belah pihak sepenuhnya puas
b. Kompromi : solusi berupa alternative
lain yang memenuhi sebagai keinginan masing-masing pihak namun kedua belah
pihak hanya merasa terpenuhi sebagian keinginannya
3.
Teori Rahim
M.A.
Rahim (1983) mengembangklan model gaya manajemen konflik yang tidak jauh
berbeda dengan model yang dikemukakan oleh Thomas dan Killman (1974).
Klasifikasi gaya manajemen konflik Rahim disusun berdasrakan dua dimensi : (1)
memperhatikan orang lain pada sumbu horizontal dan (2) memperhatikan diri sendiri.
Berdasarkan tinggi rendahnya, jenis gaya manajemen dibagi menjadi lima, antara
lain
a.
Dominasi (dominating) Pihak yang trelibat konflik, hanya berupa memenuhi
tujuannya sendiri dan tidak memperhatikan kebutuhan lawan konfliknya.
b. Integrasi (Integrating) Pihak yang trelibat
konflik berusaha menciptakan resolusi konflik yang secara maksimal memenuhi
tujuan dirinya sendiri dan tujuan lawan konfliknya.
c. Komromi (compromising) Pengguna gaya
ini berusaha memenuhi sebagian tujuannya dan tujuan lawan onfliknya tanpa
berupaya memaksimalkannya.
d. Menghindar (avoiding) Pihak yang
terlibat konflik menolak untuk berdiskusi mengenai konflik yang terjadi. Ia
menolak untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri dan kebutuhan lawan
konfliknya.
e. Menurut (obliging) Pihak yang terlibat
konflik, mengombinasikan perhatiannya yang tinggi terhadap lawan konfliknya
dengan perhatiannya yang rendah terhadap dirinya sendiri.
1.4 Strategi Konflik
Strategi konflik adalah proses menentukan tujuan seseoraang terlibat
suatu konflik dan pola interaksi yang digunakan untuk mencapai keluaran konflik
yang diharapkan. Langkah-langkah
penyusunan strategi konflik :
1.
Analisis SWOT
Analisis SWOT mengenai diri sendiri akan mencerminkan kekuatan dan
kelemahan diri sendiri dalam menghadapi konflik. Analisis SWOT mengenai lawan
konflik akan mencerminkan peluang dan ancaman dari lawan konflik.
2.
Menentukan tujuan konflik
Tujuan konflik adalah sesuatu yang ingin dicapai saat menghadapi dan
menyelesaikan konflik. Lebih spesifik adalah target keluaran yang diharapkan.
Contoh a) Menciptakan hubungan baik dengan manajemen (atasan dan bawahan) b)
Bekerja lebih keras dan disiplin c) Mendorong meningkatkan produktivitas.
3. Pola interaksi konflik
Pola interaksi konflik merupakan bentuk interaksi dengan pihak lawan
konflik dalam upaya mencapai keluaran konflik yang diharapkan. Faktor-faktor
yang memepegaruhi :1) gaya manajemen konflik yang digunakan oleh pihak-pihak
yang terlibat konflik; 2) perkembangan situasi konflik.
Strategi Konflik Menurut
Dianne Schilling
Dianne Schilling membagi strategi konflik menjadi beberapa pokok yaitu:
1.
Mengacuhkan
Strategi ini biasanya dipakai saat seseorang tidak ingin terlibat lebih
dalam pada konflik yang ada. Ia bisa saja menganggap bahwa menghadapi konflik
ini hanya akan membuang-buang waktu. Jika ini yang menjadi alasan, mengacuhkan
konflik bisa jadi adalah pilihan terbaik.
2.
Menghindari
Menghindari konflik menjadi cara yang paling banyak ditempuh untuk
menghadapi konflik. Meski begitu, mereka yang melakukan ini tak selamanya
adalah seorang pengecut, kecuali jika ia selalu melakukan ini setiap ada
konflik.
3.
Mendominasi
Strategi ini dianggap tepat jika keputusan harus segera dilakukan atau
saat isu yang didebatkan tidak terlalu penting. Strategi ini umumnya
berorientasi kekuasaan dan dilakukan dengan penuh percaya diri.
4.
Akomodatif
Strategi ini dilakukan untuk membuat lawan merasa lebih baik. Strategi
ini juga bisa dipakai untuk menumbuhkan rasa percaya lawan kepada kita.
5.
Meminta bantuan
Strategi ini menggunakan orang ketiga sebagai mediator mengatasi
konflik. Hal ini dilakukan jika masing-masing pihak sama-sama merasa paling
kuat, memaksakan kehendak, dan tak mau mengalah. Mediator haruslah orang yang
ahli di bidang komunikasi atau dipercaya oleh kedua belah pihak.
6.
Humor
Humor cocok digunakan jika Anda dan lawan berada dalam satu tim atau
satu kelompok dan konfliknya tidak terlalu serius. Cara ini bisa ditempuh
dengan cara menganggap masalah dengan cara yang komikal atau dari sisi yang
lucu dan menyenangkan.
7.
Menunda
Strategi ini biasanya dilakukan saat masing- masing merasa masih dalam
kondisi yang emosional. Karena itulah,ada baiknya setelah masa penundaan
berakhir,persiapkan kemampuan strategi konflik dengan baik.
8.
Kompromi
Kompromi bisa dilakukan saat strategi yang lain gagal dilaksanakan dan
Anda berdua ingin mendapatkan solusi yang benarbenar memuaskan kedua belah
pihak.
9.
Integrasi
Integrasi memfokuskan pada pengumpulan dan penggabungan informasi dan
pada saat yang bersamaan mendorong lahirnya pemikiran kreatif dengan sudut
pandang yang berbeda- beda.Integrasi ini cocok dilakukan jika masing-masing
pihak tidak mendapatkan gambaran utuh tentang hal yang diperdebatkan. Dengan
menggabungkan masing-masing informasi, maka akan didapatkan satu hasil yang sama
sekali baru.
10. Kolaborasi
Kolaborasi berarti bekerja sama untuk menyelesaikan konflik
tersebut.Ini berarti masing-masing pihak harus rela memberikan waktu,
energi,dan pemikirannya untuk mendapatkan solusi terbaik. Selain itu,
masing-masing juga harus saling percaya dan mengembangkan kepercayaan tersebut.
1.5 Taktik Konflik
Taktik konflik adalah teknik yang memengaruhi lawan konflik untuk
menghasilkan keluaran konflik yang diharapkan. Dalam menghadapi situasi
konflik, dapat digunakan berbagai taktik konflik secara berurutan atau
bersama-sama. Jenis-jenis taktik konflik diantaranya:
1.
Persuasif Rasional
Taktik ini digunakan untuk memengaruhi lawan konflik dengan
mengemukakan data, fakta, informasi, teori ilmu pengetahuan, etika, penglaman
masa lalu baik yang baik maupun yang buruk.
2.
Legitimasi
Taktik yang digunakan pejabat yang menduduki posisi tertentu secara
sah. Jika menghadapi situasi konflik, pejabat tersebut menunjukkan bahwa apa
yang dilakukannya tidak bertentangan deengan jabatan, posisi dan perannya. Apa
yang dilakukannya sesuai dengann jabatannya serta ia mempunya hak untuk
menyusun dan melaksanakan suatu kebijakan tertentu.
3.
Taktik permintaan inspirasiional
Mengemukakan nilai-nilai norma, harga diri, dan kesatuan organisasi
serta membangkitkan emosi dan cita-cita bersama.
4.
Taktik mengooptasi
Mengikutsertakan, memberikan jabatan, posisi atau peran tertentu
krepada lawan konflikuntuk berperan serta dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi oleh organisasi. Dengan mengooptasi lawan konflik, maka ia merasa
diikutsertakan dalam merencanakan dan melaksanakan keputusan sehingga akan
menghentikan tantangan atau sikap negatifnya.
5.
Taktik pertukaran
Membuat janji dan memberikan sesuatu atau tidak memberikan sesuatu
sebagai imbalan jika lawan konflik berperilaku tertentu atau lawan konflik
memberikan sesuatu.
6.
Taktik mencari teman atau koalisi
Umumnya dilakukan oleh pihak yang terlibat konflik dengan kekuasaan
atau posisi lemah dari pada lawan konfliknya. Tujuannya adalah mencari teman
untuk memperbesar kekuasaan atau memperkuat posisinya dalam menghadapi lawan
konfliknya.
7.
Taktik menahan diri atau diam
Taktik ini berupa tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan
(tidak bereaksi atas apa yang dilakukan oleh lawan kerja.
8.
Taktik menangis dan menghimbau
Taktik ini menunjukkan ketidakberdayaan pihak yang terlibat konflik
dalam menghadapi tindakan lawan konfliknya. Tujuan dari taktik ini adalah
meminta belas kasihan kepada lawan konfliknya atau untuk menarik simpati pihak
ketiga sehingga memperbesar kekuasaannya.
9.
Taktik mengancam
Seorang atasan yang terlibat konflik dengan bawahannya bisa menggunakan
takttik mengancam untuk yang berkaitan dengan karyawan. Taktik mengancam hanya
akan memiliki arti jika pihak yang terlibat konflik bisa melaksanakan
ancamannya. Apabila ancaman tidak bisa dilakukan maka akan memperlemah posisi
bawahan tersebut.
10.
Taktik berbohong
Seseorang yang jujur bisa berubah menjadi pembohong, terutama jika
posisinya terdesak dan objek konflik menentukan hidup dan harga dirinya.
Berbohong bisa berupa memberikan informasi yang tidak benar, menolak untuk
memberikan innformasi atau diam ketika ditanya mengenai sesuatu.
11.
Taktik mengulur waktu
Mengulur waktu adalahmenunda untuk melkukan sesuatu atau menolak
merespons lawan konflik dalam interaksi konflik. Tujuan mengulur waktu antara
lain untuk menenangkan diri, membuat lawan bosan, menunda berbuat sesuatu
hingga waktu yang tepat.
1.6 Kebijakan Organisasi Mengenai Konflik
Asumsi
Mengenai Konflik
Organisasi mempunyai
asumsi yang jelas mengenai konflik. Apakah perbedaan pendapat dan konflik
diperbolehkan atau dilarang. Di perusahaan tertentu, perbedaan pendapat
diperbolehkan dan dianggap sebagai cara untuk meningkatkan kreativitas dan
inovasi paara pegawai. Sebagai contoh, Toyota Motor Company menyatakan bahwa konflik tidak dapat
dihindari jika para pegawai harus bekerja secara bersama. Oleh karena itu,
perusahaan ini toleran terhadap perbedaan pendapat. Perusahaan ini mempunyai
kebijakan bagaimana menghadapi dan menyelesaikan konflik yang terjadi untuk
mengarahkannya kearah yang baik dan meningkatkan kinerja perusahaan (http:www.toyota.com)
Dalam
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) , perbedaan pendapat dan konflik merupakan salah
satu esensi dari organisasi tersebut. Perbedaan pendapat diantara fraksi-fraksi
DPR sering merupakan hal yang harus dilakukan dalam mengambil suatu keputusan.
Oleh karena itu, ada asumsi di DPR bahwa konflik itu baik dan akan menciptakan
sesuatu keputusan yang bijak. Perbedaan pendapat dan konflik merupakan nilai
strategis (core value) yang dijunjung tinggi.
Definisi
Mengenai Konflik
Organisasi perlu membuat
definisi mengenai konflik yang bisa diterima oleh organisasi. Apa yang ternasuk
konflik organisasi, apa yang termasuk konflik interes dan sebagainya. Apa
indikator terjadinya konflik : apakah konflik merupakan konflik konstruktif
atau konflik negatif. Demikian juga, indikator dari konflik yang terjadi.
Pedoman
Manajemen Konflik
Suatu organisasi atau
perusahaan perlu mempunyai pedoman untuk memanajemeni konflik yang terjadi.
Isi pedoman tersebut antara lain sebagai
berikut :
(1) Prosedur proses untuk menyelesaikan
konflik. Konflik yang terjadi dalam organisasi harus segera diselesaikan agar
tidak mengganggu produksi dan operasi organisasi ini dalam mencapai tujuannya.
Sebagai contoh, Toyota mempunyai Toyota
Alternatif Dispute Resolution ( T-ADR) yang berisi standar proses untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi di perusahaan
(2) Siapa yang bertanggung jawab menyelesaikan
konflik dan siapa yang bertanggung jawab untuk mengambil keputusan jika terjadi
konflik.
(3) Apakah kewajiban dan tanggung jawab
pihak-pihak yang terlibat konflik. Sebagai contoh, pegawai yang terlibat
konflik harus merahasiakannya dan wajib mengutamakan penyelesaian konflik di
dalam organisasi dengan tidak meminta bantuan pengadilan atau orang luar.
Jika suatu organisasi
mulai menghadapi konflik antar anggota atau pegawainya, ada sejumlah langkah
yang dapat dilakukan organisasi untuk mengurangi konflik tersebut
Berikut ini adalah langkah-langkah
tersebut :
(1) Melaksanakan prinsip-prinsip birokrasi
organisasi. Setiap organisasi melakukan prinsip birokrasi yang menurut Max
Weber (1947) disebut sebagai birokrasi yang ideal. Jika terjadi konflik harus
melaksanakan prinsip hierarki, yaitu atasan mengambil keputusan serta
pelaksanaan peraturan dan prosedur kerja.
(2) Pemisahan fisik. Pihak-pihak yang terlibat
konflik dipisahkan, misalnya, melalui rotasi tugas.
(3) Mengintegrasikan. Menyatukan kembali
pihak-pihak yang terlibat konflik melalui intervensi pihak ketiga, atasan,
penasehat, atau mediator profesional.
(4) Pelatihan. Melaksanakan pelatihan mengenai
konflik dan manajemen konflik
BAB 3. PENUTUP
3.1
kesimpulan
Dengan adanya suatu
organisasi maka tidak mungkin luput dengan masalah atau konflik sehingga
diperlukan adanya manajemen konflik yaitu langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka
mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin
menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak
mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau
agresif. Dan dalam menangani konflik diperlukan gaya, strategi, taktik
dan kebijakan organisasi itu sendiri. Sehingga konflik bisa terselesaikan
dengan baik yang terkadang akan menambah nilai positif dari organisasi itu.
Demikian
yang dapat kami
paparkan mengenai materi manajemen konflik yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, diharapkan suatu organisasi bisa menyelesaikan konflik dengan
sempurna agar kedepannya dapat tercipta
perkembangan organisasi yang lebih baik,
maju dan positif. Semoga makalah ini berguna bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Wirawan, Konflik dan Manajemen Konflik, Teori, Aplikasi dan Penelitan,
Jakarta, Salemba Humanika, 2009
Saleh Abdul Rahman, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Prespektif Islam, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2009
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung, Pt. Remaja Rosdakarya, 2009
http://slideplayer.info/slide/1915174/
DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
BalasHapusBONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.biz
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^
DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
BalasHapusBONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.biz
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^